Wow … sudah 2024. Happy new year! Yap, tahun ini memang terasa melesat cepat—meski saat berduka waktu akan terasa sangat pelan—loh malah curcol, haha).
Kembali ke judul, aku mau sharing sedikit tentang buku-buku yang kubaca tahun ini. Dengan bantuan goodreads aku cukup puas karena reading list-ku terekam dengan cukup rapi dan menyenangkan. Aku masih konsisten memasang target bacaan dan menuntaskannya, meski tetap saja belum sanggup menulis review dengan serius.
Total buku yang kubaca ada 51 judul menurut catatan goodreads (meski sebenarnya lebih dari itu jika dihitung dengan buku-buku yang kubaca ulang). Lumayan banyak, tapi anehnya tak satu pun bisa kusebut top books alias buku favorit. Sungguh berbeda dengan tahun lalu saat aku justru dilema memilih lima judul saja dari semua bacaanku—semoga besok-besok aku sempat menulis apa saja yang membuat buku menjadi favorit versiku.
Singkatnya, tahun ini terasa hambar untuk pengalaman membacaku. Aku tidak memfavoritkan satu pun judul tapi ada beberapa yang tetap menarik untuk ditulis sebagai jejak baca 2023.
Apa saja buku-buku tersebut? Yang meskipun tidak masuk 'top books' versiku, tapi cukup menyenangkan dan layak untuk direkomendasikan. Here we go!
1. A Clash of Kings dan A Game of Thrones - George R.R Martin. Dua novel paling tebal yang kubaca tahun ini. Motivasi awal membaca ini bermula saat hawa tahun politik mulai memanas, seliweran beritanya terasa memuakkan saking seringnya berlalu lalang di timeline membuatku teringat serial GoT. Salah satu serial terseru (meski musim terakhir mengecewakan) yang berkisah tentang perebutan kekuasaan antar raja-raja di Westeros yang sungguh badas. Aku tidak berekspektasi apa pun dengan versi novel tapi ternyata sangat jauh lebih menyenangkan dibanding menonton filmnya.
Aku membaca versi buku sejujurnya sebagai pelarian sekaligus bentuk kekecewaan melihat dinamika politik Indonesia. Bagiku, alur politik dunia GoT jauh lebih bisa dinikmati tentu saja. Dua buku ini menjadi novel dari serial yang sangat memuaskan dan mengagumkan. Aku terkesan dengan penulis dari segala macam hal yang dihadirkan dalam karyanya ini. POV tokohnya ada banyak, ide cerita dan konflik sangat menarik, dan yang paling kusuka; detail-detail kecil di setiap bab ditulis dengan begitu apik. Seolah nyata, padahal fiksi. Sebagai pembaca aku sangat suka ketika imajinasi penulis bisa tersampaikan dengan sangat baik ke pembaca. Aku jadi kepikiran bagaimana proses di balik penulisan novel ini? Asli, bagus pake banget. Andai versi terjemahannya rapi, mungkin aku akan memfavoritkan dua novel ini.
2. Keajaiban Toko Kelontong Namiya - Keigo Higashino dan Gadis Kretek - Ratih Kumala. Satu novel terjemahan penulis Jepang, satunya lagi dari penulis lokal—yang belakangan baru kutahu istri Eka Kurniawan. Aku menulis kedua judul ini bersamaan karena memiliki dua kesamaan: pertama, sedang hype. KTKN sangat populer. Aku tergerak untuk membacanya karena sangat sering dibicarakan di akun para bookstagram dan direkomendasikan banyak pencinta buku. Review-nya pun bagus-bagus, antriannya bahkan sampai ribuan (di Ipusnas).
Gadis Kretek pun demikian, terlebih sejak diadaptasi menjadi serial di Netflix. Kedua, meski begitu disukai, sayangnya tidak bagiku. Kuakui memang bagus, tapi tidak cukup sampai membuatku merasa ingin membaca ulang dan begitu menggebu ingin menulis ulasan ataupun merekomendasikannya. Dari dua novel ini aku sadar, seleraku bisa berbeda dengan kebanyakan orang dan buku-buku yang menurut banyak orang ‘sangat bagus’ bisa tidak terlalu menarik untukku. Sederhana saja, ini soal selera dan sepertinya aku harus mengurangi membaca buku hanya karena alasan judul itu yang sedang hype di kalangan penikmat buku.
3. You Do You - Fellexandro Ruby. Setelah beberapa kali menonton beberapa video dari penulis (YouTube) akhirnya aku membaca buku ini. Aku tidak berekspektasi apa-apa setelah membaca satu ulasan bagus di goodreads yang akhirnya kusepakati: "How good this book really depends on your initial position, political viewpoints, and taste." Totally I agree.
Isinya memang daging semua, tapi tetap 4/5 bintang saja untukku. Walaupun demikian, You Do You termasuk buku non fiksi yang memberi banyak insight yang berhasil kucatat untuk nantinya dipraktikkan (semoga saja yah, biar betul-betul berfaedah). Buku ini memberi kesan tersendiri. Mungkin karena kembali membuatku menemukan diriku dan merasa semakin sadar pentingnya meningkatkan self awareness.
4. Mencintaimu Sampai Kau Mau - Kurniawan Gunadi dan Yang Telah Lama Pergi - Tere Liye. Dua buku dari penulis yang bukunya paling banyak kukoleksi sejauh ini. Masgun masih seperti karyanya terdahulu, kumpulan prosa yang selalu menohok, terlebih untuk tulisan-tulisan yang bahasannya seputar perasaan, pencarian, jodoh, dst. Aku menyukai buku ini karena beberapa alasan dan tidak menjadikannya favorit karena satu alasan: ada tulisan yang berulang. Satu judul sudah pernah kubaca di buku terdahulu dan juga pernah tayang di Tumblr. Di Tumblr tidak masalah tapi dalam buku? Rasanya editor kurang teliti. Entahlah.
Yang Telah Lama Pergi - Tere Liye cukup memuaskan, hanya saja aku bosan saja dengan beberapa hal yang rasanya begitu repetitif, baik dari gaya tulisan ataupun pesan cerita. Mungkin efek sudah terlalu lama membaca karya beliau, aku mulai kehilangan 'rasa seru' seperti saat membaca novel Tere Liye di usia belasan tahun. Kadang aku merasa bukan lagi sasaran pembaca bang Tere, hiks.
5. Semusim, dan Semusim Lagi - Andina Dwifatma, Haniyah dan Ala di Rumah Teteruga - Erni Aladjai dan Kreta Semar Lembu - Zaky Yamani. Ketiganya jebolan DKJ. Mengandung unsur sureal, mendapat banyak pujian tentu saja tapi lagi-lagi, ini soal selera. Meski berhasil menyelesaikannya, aku harus jujur, tidak ada yang meninggalkan kesan mendalam. Semusim membuatku teringat film Shutter Island, awalnya sangat menarik tapi di tengah aku bosan, akhirnya terasa datar. Haniyah cukup membuat penasaran tapi tidak sampai mencapai kata 'wah'. B aja mungkin.
Kereta terlalu seperti Cantik Itu Luka meski banyak juga hal baru dan memberi kesan berbeda. Akhirnya, ketiga buku ini membuatku menelusuri segala hal tentang DKJ, termasuk kreteria yang menjadi penilaian untuk membuatku lebih paham mengapa buku-buku ini menjadi pemenang?
6. Tarian Bumi - Oka Rusmini. Pertama kali membaca buku penulis yang berhasil membuatku mencari novelnya yang lain. Aku suka dengan kearifan lokalnya yang kental. Aku jadi banyak tahu tentang masyarakat Bali dan sangat suka tokoh perempuannya yang tangguh. Banyak kutipan yang kugarisbawahi dari sini meski tidak selalu kusepakati. Intinya, menarik.
7. Man Seeks God - Eric Weiner. Buku yang kubaca cukup lama. Sampai tiga bulan lebih. Buku yang jauh dari harapan. Karena dua buku sebelumnya sangat memuaskan aku jadi berharap buku ini tidak jauh beda. Ternyata beda jauh. Mungkin karena bahasan agama agak berat membuatku jadi kurang menikmati, tapi aku berjanji akan membaca ulang buku ini.
8. Mencari Simetri - Annisa Ihsani. Novel young adult yang begitu hangat karena terasa sangat relate, haha. Ada dua kutipan dari beberapa yang kusuka:
"Namun, pertemanan di usia dewasa itu beda lagi; seperti hubungan lain, kau harus terus membuat usaha ekstra untuk mempertahankannya." Duh, ini fakta sih. Aku merasakannya.
Masih senada dengan quote satunya lagi:
"Kurasa kebanyakan pertemanan berakhir bukan karena perselisihan dan pertengkaran, melainkan karena salah satu atau keduanya sudah larut dalam hidup masing-masing." Tidak usah didebat. Ini persis yang kualami saat mayoritas temanku sudah menikah dan sibuk dengan dunianya masing-masing.
Terakhir ....
9. Pulang - Leila S. Chudori. Aku merasa harus menyebut judul ini sebagai satu-satunya novel dari 2023 yang ingin kubaca ulang karena seperti Laut Bercerita, aku sangat suka diksi dan unsur sejarahnya.
Panjang juga ternyata. Aku sampai membatalkan beberapa judul yang sebelumnya ingin kubahas sedikit tapi karena capek juga— ya sudahlah ... Semoga tahun ini aku masih bisa membaca banyak buku dan membuat review.