Sunday, 11 January 2015

Move on


Ketika mulut lelah bersuara, diamnya  selalu mampu diterjemahkan lewat kata-kata yang tertulis. Seperti apa yang terjadi malam ini. Suara hatiku vs logikaku. Mereka tengah berdebat tentang apa yang harus raga lakukan.

Hei, apa yang kamu lakukan? Masihkah kamu berkutat dengan perasaan yang membuatmu? Bentak logika kepada hati yang menggalau ditengah malam.
Bisa tidak, kau diam saja! desis hati yang merasa terusik oleh kata-kata yang baru saja dilontarkan logika sangat tepat sasaran. Hati merasa frustasi.

Dasar bodoh! Semestinya kita bekerjasama agar raga tidak galau karena hati dan logikanya bertentangan lanjut kata hati kepada logika.
"Memang itulah yang kuinginkan wahai hati. Aku bosan dengan jiwa melankolis yang terus mengendalikan raga gara-gara kamu yang tidak pandai memainkan peran dengan baik." Balas logika mengeluarkan asumsinya.
"Baiklah... Mari kita bersatu memperbaiki apa yang salah" kata hati meyakinkan.
"Why not?" Inilah tugas kita. Membuat raga perempuan lebih tegar agar tidak terlalu sering melibatkann perasaan tidak pada tempatnya. Karena perasaan selalu saja melahirkan air mata" lanjut logika.

Tapi... Bukankah itu sudah menjadi kodrat? Bahwa perempuan memang selalu lebih memakai perasaannya? Tanya hati mulai bingung.
"Itu memang betul, tapi jika terus seperti itu rasa sakit tidak akan pergi. Makanya, tugasku mengarahkanmu keluar dari zona kesedihan, kegalauan, kesepian dan segala hal yang tidak semestinya bertahan terlalu lama di dalam dirimu (hati)." Jawab logika kepada hati.

"Kata-katamu memang tepat. Terimakasih logika. Kau berhasil membuatku sadar bahwa melepaskan adalah salah satu bagian dari cinta. Perkara yang seharusnya kita ikhlaskan karena tidak akan pernah bisa dipaksakan. Aku akan move on sekarang juga" kata hati mantap sekaligus mengakhiri percakapan mereka.

Lalu akhiranya, hati dan logikapun berhasil jalan beriringan.

Hati memutuskan menyudahi sebuah perasaan. Membuangnya jauh-jauh agar tidak ada lagi galau yang hadir tengah malam. Logika berusaha membantu hati dengan kelogisan kata-katanya.

Mari kita akhiri galau ini.

tulisan ini masih dalam kategori "gaje alias gak jelas. Terinspirasi saat mendengar soundtrack film Assalamualaikum Beijing "Moving On"

--Aira zakirah, menulis sambil menikmati malam dengan secangkir kopi.