Ketika mulut lelah
bersuara, diamnya selalu mampu diterjemahkan lewat kata-kata yang tertulis. Seperti apa yang
terjadi malam ini. Suara hatiku vs
logikaku. Mereka tengah berdebat tentang apa yang harus raga lakukan.
Hei, apa yang kamu
lakukan? Masihkah kamu berkutat dengan perasaan yang membuatmu? Bentak
logika kepada hati yang menggalau ditengah malam.
Bisa tidak, kau diam
saja! desis hati yang merasa terusik oleh kata-kata yang baru saja
dilontarkan logika sangat tepat sasaran. Hati merasa frustasi.
Dasar
bodoh! Semestinya kita bekerjasama agar raga tidak galau karena hati dan
logikanya bertentangan lanjut kata hati kepada logika.
"Memang itulah yang
kuinginkan wahai hati. Aku bosan dengan jiwa melankolis yang terus
mengendalikan raga gara-gara kamu yang tidak pandai memainkan peran dengan
baik." Balas logika mengeluarkan asumsinya.
"Baiklah... Mari
kita bersatu memperbaiki apa yang salah" kata hati meyakinkan.
"Why
not?" Inilah tugas kita. Membuat raga perempuan lebih tegar agar tidak terlalu
sering melibatkann perasaan tidak pada tempatnya. Karena perasaan selalu saja melahirkan air
mata" lanjut logika.
Tapi... Bukankah itu sudah menjadi
kodrat? Bahwa perempuan memang selalu lebih memakai perasaannya? Tanya hati
mulai bingung.
"Itu memang
betul, tapi jika terus seperti itu rasa sakit tidak akan pergi. Makanya,
tugasku mengarahkanmu keluar dari zona kesedihan, kegalauan, kesepian dan segala
hal yang tidak semestinya bertahan terlalu lama di dalam dirimu (hati)." Jawab logika kepada hati.
"Kata-katamu memang
tepat. Terimakasih logika. Kau berhasil membuatku sadar bahwa melepaskan adalah
salah satu bagian dari cinta. Perkara yang seharusnya kita ikhlaskan karena tidak
akan pernah bisa dipaksakan. Aku akan move on sekarang juga" kata hati
mantap sekaligus mengakhiri percakapan mereka.
Lalu akhiranya, hati
dan logikapun berhasil jalan beriringan.
Hati memutuskan
menyudahi sebuah perasaan. Membuangnya jauh-jauh agar tidak ada lagi galau yang
hadir tengah malam. Logika berusaha membantu hati dengan kelogisan
kata-katanya.
Mari kita
akhiri galau ini.
tulisan ini masih dalam
kategori "gaje alias gak jelas. Terinspirasi saat mendengar soundtrack film Assalamualaikum Beijing "Moving On"
--Aira zakirah, menulis
sambil menikmati malam dengan secangkir kopi.