(Entah kenpa,tiba-tiba ingin
melanjutkan cerita yang iseng-iseng kubuat semalam sampai tertidur^^ )
Inspirasinya
dari kata-kata yang sempat naik daun dikelasku "Diam-Diam Suka”
btw, ini seperti judul sinetron yakk :D
btw, ini seperti judul sinetron yakk :D
Hari ini cuaca masih sama dengan beberapa hari terakhir. Awan gelap, angin
kencang, udara dingin juga hujan yang selalu turun tanpa aba-aba. Ah, keadaannya memang sempurna untuk dijadikan alasan bermalas-malasan
meskipun aku termasuk orang paling benci dengan kemalasan.
Singkatnya, cuaca hari ini betul-betul membuatku enggan beranjak dari tempat tidurku yang hangat.
Singkatnya, cuaca hari ini betul-betul membuatku enggan beranjak dari tempat tidurku yang hangat.
"Baiklah,10 menit lagi." batinku dengan sigap mematikan alarm hp, mengulur waktu sambil kembali menarik selimut. Ini sama skali bukan kebiasaanku mengingat aku adalah orang yang paling benci dengan keterlambatan.
Mungkin hari ini adalah pengecualian berhubung moodku betul-betul kacau setelah apa yang sudah terjadi kemarin. Sebuah episode yang terus berputar dikepalaku bagai film dokumenter. Yaah… Aku terus terjaga sepanjang malam, memikirkan lima menit yang cukup mencekam bagiku. Pukul dua entah lewat berapa saat aku merasa sangat lelah dan akhirnya tertidur dengn mata bengkak sehabis menangis.
### ######
flashback....
Pagi-pagi sekali saat aku tiba dikampus dengn pemandangan seperti biasa. Sunyi. Hanya ada beberapa mahasiswa yang berjalan dikoridor lantai lima." Mungkin mereka sama sepertiku. Orang-orang yang paling tidak ingin terlambat" batinku sambil terus berjalan mencari ruangan kelas 1D.
Selang beberapa menit, akhirnya aku sampai depan kelas yang pintunya masih tertutup. Perlahan aku mendekat. Melangkah tanpa suara sampai tanganku menyentuh handel pintu. Detik berikutnya, gerakanku terhenti saat sebuah suara tertangkap telingaku. Sepertinya itu dari dalam." tebakku asal sambil mencoba memastikan kebenaram asumsiq-melangkah pelan mendekati jendela kaca kelas sampai akhirnya... Aku melihat sesuatu yang betul-betul tidak ingin kulihat.
"tidakkk.... " jeritku dalam hati saat menyaksikan dua orang yang kukenal sebagai teman kelasku tengah asyik tertawa-tawa dengan begitu akrabnya. Entah apa yang sedang mereka bicarakan.
Sekilas memang biasa saja dan sangat wajar jika seorang teman berduaan sperti itu. Tapi tidak demikian menurutku. Melihat mereka berdua seperti itu sudah cukup untuk mengaduk-aduk perasaanku. Ada rasa sakit disini. Dihatiku. Juga rasa cemburu yang baru kusadari ternyata sangat tidak menyenangkan.
Kenapa? kenapa
harus dia? kataku tanpa suara, lalu mengambil langkah mundur. Menjauh dari tempatku berdiri sebelumnya. Detik berikutnya, kudapati diriku tengah
berusaha menahan tangis dalam toilet. Kunyalakan keran air agar tak seorangpun
dari luar yang bisa mendengar isak tangisku.
Sulit kupercaya. Aku menangis hanya karena dia. Dia?! iyaa... dia yang berada dalam kelas pagi ini. Dan entah mengapa, feelingku mengatakan jika mereka berdua memiliki hubungan spesial yang membuat hati ini terasa semakin sakit.
Sulit kupercaya. Aku menangis hanya karena dia. Dia?! iyaa... dia yang berada dalam kelas pagi ini. Dan entah mengapa, feelingku mengatakan jika mereka berdua memiliki hubungan spesial yang membuat hati ini terasa semakin sakit.
"Akhh... rasanya
betul-betul sesak melihat seorang lelaki yang diam-diam kusuka beberapa bulan
trakhir ini malah bersama perempuan lain yang juga teman sekelasku
sendiri" batinku sambil melangkah keluar toilet. Di luar, entah sejak kapan, hujan turun begitu derasnya.
Sambil menghapus air mataku, aku kembali ke kelas.
Seperti dugaanku, kelas sudah ramai. Aku mengambil kursi dipojok dekat dinding sebagai tempat favoritku slama ini. Saat sperti ini, aku sudah tidak peduli lagi dengan sekitarku. Betul-betul acuh tak acuh dengan apa yang teman-temanku lakukan. Aku sok sibuk memainkan hp sambil menunduk-takut ada yang menyadari mataku yang merah sehabis menangis.
Lalu tidak lama kemudian dosenpun masuk. Aku yang sama sekali kehilangan mood belajar malah memasang headset, memutar lagu yang paling sesuai dengan suasana hatiku saat ini.
Seperti dugaanku, kelas sudah ramai. Aku mengambil kursi dipojok dekat dinding sebagai tempat favoritku slama ini. Saat sperti ini, aku sudah tidak peduli lagi dengan sekitarku. Betul-betul acuh tak acuh dengan apa yang teman-temanku lakukan. Aku sok sibuk memainkan hp sambil menunduk-takut ada yang menyadari mataku yang merah sehabis menangis.
Lalu tidak lama kemudian dosenpun masuk. Aku yang sama sekali kehilangan mood belajar malah memasang headset, memutar lagu yang paling sesuai dengan suasana hatiku saat ini.
Di luar jendela sana hujan semakin deras. Aku sama sekali tidak memperhatikan penjelasan dosen, juga teman-temanku yang berisik berebut bertanya. yah… aku terlalu sibuk dengn perasaanku. Dan entah kenpa, air mataku kembali menetes saat mengingat kejadian singkat pagi ini. Aku berusaha untuk tidak menangis, tapi di luar kendaliku air mata terasa tidak mau berhenti. Beruntung saja karena kelas sedang ribut sehingga tak seorangpun menyadari keberadaanku yang sedari tadi menunduk. Menyembunyikan mataku di balik tissue.
Begitu dosen keluar,dengan cepat aku juga melangkah keluar. Meninggalkan aktivitas kelas, sama sekali tidak memperdulikan tatapan heran teman-teman juga tidak peduli jika ternyata masih ada mata kuliah berikutnya.
Yang ada di kepalaku saat ini hanya pergi. Pergi meninggalkan suasana yang sudah membuatku seperti seseorang yang sudah tidak memiliki harapan hidup. Sebelum tangisku semakin deras, kukuatkan diri melangkahkan kaki meninggalkan gedung kampus, menerobos hujan yang sepertinya menyaingi derasnya air mataku.
Di bawah rinai hujan aku berjalan gontai. Masa bodoh dengan tatapan aneh
orang-orang yang mungkin merasa kalau
aku sudah frustasi, nekat berjalan santai di tengah hujan deras sekaligus angin
kencang yang membuat tubuh menggigil kedinginan.
Hujan…
Hujan kali ini trasa dua kali lebih dingin. Mungkin sedingin hatiku saat ini. Sambil memandang ke awan yang gelap, aku bergumam dalam hati "ternyata... apa yang selama ini kusebut-sebut sebagai ketegaran malah seperti matahari di musim hujan. Ia tidak selalu ada untuk menghangatkanku. Dan detik itu juga aku merasakan bahwa matahari telah menghilang.
Hujan…
Hujan kali ini trasa dua kali lebih dingin. Mungkin sedingin hatiku saat ini. Sambil memandang ke awan yang gelap, aku bergumam dalam hati "ternyata... apa yang selama ini kusebut-sebut sebagai ketegaran malah seperti matahari di musim hujan. Ia tidak selalu ada untuk menghangatkanku. Dan detik itu juga aku merasakan bahwa matahari telah menghilang.
Sepertinya aku memang belum memiliki cukup ketegaran untuk melewati hari yang melelahkan ini. Sampai pada akhirnya, aku kembali di titik
sadarku.
Mungkin ketegaran itu sudah terpisah dari
ragaku.
#########
Suara alarm lagi-lagi membangunkaku.
Kali ini bukan hanya bangun dari tidurku. Tapi juga bangun untuk mencari matahari yang hilang.
#########
Suara alarm lagi-lagi membangunkaku.
Kali ini bukan hanya bangun dari tidurku. Tapi juga bangun untuk mencari matahari yang hilang.
--Aira zakirah, 8 january 2015
Ini
asli fiksi, hanya latarnya: gedung iqra’lantai 5 kampus unismuh Makassar dan
kelasnya, 1D betul-betul nyata. Selebihnya semua hanya Fiktif belaka.
Percaya
atau tidak, begitulah kenyataannya
sekian kelebayaan cerita ini, wkwk~
sekian kelebayaan cerita ini, wkwk~