Hidup
memang sangat singkat. Tak terasa
jika kini usiaku sudah menginjak 19 tahun. Kurang lebih lima bulan lagi akan genap 20 tahun sejak aku mulai menapaki perjalanan panjang di bumi-Nya.
Tulisan ini kudedikasikan untuk setiap nama
yang pernah mengenalku, pernah menghabiskan hari-hari bersama ataupun hanya
sekedar lewat; sebab aku menyakini bahwa semua pertemuan di dunia ini,
sesingkat apapun itu sudah menjadi bagian dari skenario-Nya. Dan setiap orang
yang hadir tentu sudah sepaket dengan pelajaran berharga yang mengajarkan kepada
kita banyak hal tentang hidup ini.
Pertama, teruntuk
orang-orang terdekatku atau mereka yang kukenal dengan kosa kata "keluarga”,
tempat paling nyaman untuk pulang dan menghabiskan waktu bersama, menikmati
kebahagiaan yang sesungguhnya. Dari keluarga aku mengerti akan definisi bahagia
tidak selalu dari hal-hal besar tapi justru terkadang hal kecillah yang akan
melahirkan kebahagiaan besar. Karena bahagia memang perkara sederhana. Cukup
meluangkan waktu bersama mereka dan rasakan moment berharga yang akan selalu dirindukan
saat jauh dari mereka.
Lalu kemudian
teringat dengan seorang Laki-laki terkasih yang berperan sebagai ayah bagi
kami. Sosok dengan senyum sehangat mentari dan segala hal tentangnya yang kini
menjadi sesuatu yang selalu kami rindukan. Tidak terasa, 2016 sudah tahun yang
kesekian kalinya, banyak hal berlalu tanpa hadirmu melengkapi beberapa
peristiwa penting dalam keluarga. Meski dirimu telah tiada, kenangan
tentangmu selalu abadi di hati kami.
Really miss you
dad...
Kau yang mengajarkanku
bahwa hidup ini memang sebuah bentuk penerimaan.
Penerimaan yang indah meski harus melalui kejadian yang paling menyakitkan
sekalipun. Dan aku paham betul, bahwa cepat atau lambat orang-orang di sekitarku
akan pergi, berganti dengan orang baru, atau justru aku sendiri yang harus
pergi.
Setelah ayah ada
sosok ibu yang selalu kami panggil dengan sebutan "mama", sesorang yang
paling berjasa sekaligus sosok wanita terhebat bagi kami semua. Dia yang sudah
mengabdikan hidupnya untuk mendidik kami semua dengan stok sabar yang tak
pernah habis. Thanks a lot mom, semua tentangmu tidak akan sanggup kutuliskan
lewat kata-kata sebab dirimu lebih bermakna dari apapun. Terimakasih untuk
segala cinta dan kasih sayangmu selama ini. Terimakasih untuk segala hal yang
tak akan pernah bisa kami balas. Kami selalu mencintaimu, sekarang dan selamanya.
Lalu kemudian
untuk kakak-kakakku tercinta. Aku bersyukur memiliki kalian sebagai orang-orang
yang selalu ada di sampingku. Mengingatkanku, menasehatiku, dan mendukungku
serta menguatkanku saat hidup sedang tidak bersahabat. Terimakakasih untuk segala hal
yang tidak cukup hanya kusebutkan dengan kata-kata. Dari kalian aku belajar banyak hal
juga mengerti akan arti saudara yang sesungguhnya.
Special thanks for
my beloved brother, kak miko yang membuat masa kecilku menjadi tambah menarik
untuk selalu kukenang. Teringat jelas, dulu dirimu seolah memerankan tokoh
antagonis dalam masa kecilku yang bahagia.
Bagaimana tidak,
dulu saat kami (aku dan dua kakak perempuan sebelumku) tengah terbuai di alam
mimpi, tertidur nyenyak dalam belaian selimut hangat, dirimu akan datang
membangunkan kami dengan suara yang rasanya tidak kalah menakutkan dari gelegar petir saat hujan. Sontak
akan memaksa kami bangkit dan berjalan sempoyongan sambil mengumpulkan kesadaran
menuju kamar mandi untuk berwudhu dan segara sholat subuh.
Kau yang selalu
merusak suasana bermainku dengan tiba-tiba datang bersama ekspresi
menakutkanmu, sepaket dengan pertanyaan andalan "sudah sholat belum?"
Sebuah pertanyaan yang membuatku seperti terdakwah terkena vonis hukuman mati.
Kau yang selalu marah-marah saat aku bermain hujan, sesuatu yang paling aku
sukai namun selalu berakhir tangisan karena pukulanmu yang tak mampu
kuhindari.
Mengingat semua
itu membuatku senyum-senyum sendiri karena kini aku mengerti. Bagaimana
jika dahulu kau tak berlaku keras seperti itu yang tidak lain adalah untuk
kebaikanku sendiri. Makasih sudah menjadi sosok kejam yang tidak bisa kutemukan
dari ibu yang super lembut, dan tak pernah skalipun memarahi anak-anaknya.
Dan terakhir,
untuk teman-teman, sahabat, atau pun orang-orang yang mungkin hanya ditakdirkan untuk
bertemu sebentar, terimakasih sudah menjadi bagian dari pelajaran hidupku. Bahwa
tak seorang pun yang dihadirkan Tuhan hanya untuk membawa kosong yang tak
berarti.
Sekali lagi
kutulisakan. Bahwa orang-orang yang menyentuh hidup kita selalu saja menawarkan
pelajaran berharga. Entah itu berupa sesuatu yang membawa rasa sakit ataupun
oleh sesuatu yang membawa tarian kebahagiaan. Maka bersyukurlah pada semesta
yang telah menuliskan skenario hidup manusia dengan sangat sempurna.
--One Day One Post