Kepada
Semesta,
Terimakasih sudah menjatuhkanku ke dalam dunianya. Membuat berbagai ingin yang entah kenapa kutujukan kepadanya.
Terimakasih sudah menjatuhkanku ke dalam dunianya. Membuat berbagai ingin yang entah kenapa kutujukan kepadanya.
Dia
yang setahun terakhir membuatku merasa mencintai. Tak ingin kembali ke masa saat aku belum mengenal
namanya juga segala hal tentangnya. Aku lebih baik tersesat di liku labirin
yang rumit asalkan bersamanya. Lebay? Kurasa tidak, sebab kutahu bahwa beberapa hal jika sudah menyangkut soal “cinta” akan membuat siapa saja
menjadi tidak rasional. Bahkan mungkin merasa dirinya kurang waras, bodoh
dan enggan berpaling walau dalam ketidakpastian rasa.
Kepada
Semesta,
Mengertikah
dia, apa yang terjadi padaku sejak perasaan itu muncul? Mungkin ia tak
mampu menjangkau isyarat yang ku kirim lewat hujan atau pun senja-senja yang begitu kucintai. Tentang rinduku yang selalu kembali padanya. Selalu saja, ketika aku berusaha mengabaikan apa yang terasa tidak layak untuk
kurasakan; ternyata tidak akan pernah bisa kulakukan.
Biarkan
kuberitahu sesuatu yang selama ini hanya berani kusimpan dan
kunikmati sendiri dalam tulisan-tulisanku, bahwa
setiap orang termasuk aku, tak pernah bisa memilih kepada siapa harus
memiliki rasa. Dan entah kenapa dia yang kemudian membuatku sadar, bahwa perihal
hati memang hanya bagian dari takdir manusia yang sudah diatur oleh-Nya; yang Maha membolak balikkan perasaan.
Rasaku... masih kepadanya dan entah sampai kapan seperti ini. Sekali
lagi, terimakasih kepada semesta karena perasaanku masih bekerja sesuai
fungsinya. Lewat mencintai yang tak lain adalah fitrah sekaligus anugerah
setiap makhluk yang telah diciptakan dengan sebaik-baik bentuk.
Terakhir,
aku hanya bisa menitip harap, menyemogakan yang terbaik untukku juga
untuknya. Sebab kelak, di masa depanku nanti jika yang menemaniku bukan
seseorang yang lain sudah pasti itu dia; yang kucintai hingga detik ini, di akhir
tulisanku.
#One
Day One Post hari ke-3