Friday, 1 April 2016

Tentang Kagiatan Harianku



Tentang kegiatan sehari-hari. Jika sesuai alarm, aku biasa bangun pukul 30:30. Namun faktanya, jika mendengar bunyi alarm aku selalu tergoda menyentuh opsi snooze disebabkan ngantuk yang terasa belum cukup tuntas. Jadilah aku terlambat beberapa menit dari waktu yang kuharapkan. Betul-betul sebuah kebiasaan buruk yang harus segera dihilangkan

Bagiku, sebelum subuh adalah waktu yang istimewa dari 24 jam sehari. Selain menikmati hening berdua denganNya, menunggu waktu subuh juga biasa kugunaan untuk menulis-meski hanya sekedar mengetik beberapa kata yang lebih sering tak terselesaikan karena terpotong oleh suara adzan. Ada kewajiban yang harus segera kutunaikan.

Setelah subuh, biasanya aku mengerjakan tugas kuliah yang semalam belum selesai. Sekitar pukul delapan, ritual pagiku pun dimulai. Membereskan kamar adalah yang pertama sebelum membersihkan bagian rumah yang lain. Jika pekerjaan rumah sudah beres, barulah aku mandi dan bersiap-siap ke kampus.

“Minum susu dulu baru berangkat”-kata kak fira yang melihatku sudah berpakaian rapi.
“Gak sempat kak, ini udah lewat jam sepuluh” balasku dengan wajah cemas sambil melirik jam dinding di ruang tengah. Waktuku cuman 30 menit sebelum jam pertama dimulai dan aku tidak ingin terlambat. Urusan perut soal belakangan, on time adalah prioritasku.

Setiba di kampus aku melihat dua orang teman sekelasku sudah berdiri di depan perpustakaan. Mereka sedang menungguku. Sudah menjadi kebiasaan bagi kami bertiga untuk selalu bersama menuju kelas yang terletak di lantai lima.

“Bagaimana dengan  tugas dari ibu Nuryanti?” tanyaku kepada lisa dan risla memulai percakapan.
“Entar siang kita harus konsultasi” Lisa menjawab sementara risla masih terdiam, terlihat asik dengan pikirannya.
“Sepertinya, minggu ini dan sepanjang semester empat akan sangat melelahkan”- kataku dengan wajah lesu. Sudah seminggu lebih kami harus berhadapan dengan tiga tugas penetitian sekaligus. 

Sebuah konsekuensi sebagai mahasiswa, mau tidak mau kami harus mengerjakan tugas dari dosen. Sesulit apapun itu. Jika tidak, nilai C, D atau paling buruknya Error bisa menghias transkip nilai kami.
Lalu sepanjang perjalanan hanya diisi dengan obrolan seputar tugas minggu ini.

Pukul 2:30, jam kuliah berakhir. Kami bertiga menunggu di depan ruang dosen. Tiba-tiba Mahar, si ketua kelas datang menghampiri kami.
“Ibu Nuryanti tidak ada.” Katanya to the point. “Konsultasi bisa besok, setelah dzuhur”lanjutnya. 

“Yuk, kita pulang. Mungkin masih ada sedikit waktu untuk tidur siang.”-Ajakku kepada Lisa dan Risla. Keduanya mengangguk setuju sambil berjalan meninggalkan lantai lima. 

***
     
Sore sepulang kampus lebih banyak kuhabiskan di kamar. Begitu pun dengan malam. Aku selalu asik dengan duniaku sendiri. Tenggelam dengan kesibukan di depan laptop atau hp membuatku enggan keluar kamar jika tak ada hal penting atau mendesak. Biasanya, karena urusan kuliah aku selalu tidur di atas jam 12. Begadang sudah menjadi kebiasaan sekaligus sesuatu yang harus kulakukan jika ingin menyelesaikan banyak hal. 

Kurang lebih seperti itulah rutinitas harianku. Melelahkan namun aku tetap bersyukur untuk setiap detik berharga yang tidak lain adalah kesempatan untuk melakukan banyak kebaikan. Urusan waktu, kita hanya punya dua pilihan. Melakukan sesuatu yang berkutub positif atau sebaliknya. 

Karena waktu adalah salah satu yang kelak dimintai pertanggungjawaban dihadapanNya. Maka lakukan yang terbaik setiap saat sebelum nafas terakhir berhembus.