Tentang kegiatan sehari-hari. Jika sesuai alarm, aku biasa bangun pukul 30:30. Namun faktanya, jika mendengar bunyi alarm aku selalu tergoda menyentuh opsi snooze disebabkan ngantuk yang terasa belum cukup tuntas. Jadilah aku terlambat beberapa menit dari waktu yang kuharapkan. Betul-betul sebuah kebiasaan buruk yang harus segera dihilangkan.
Bagiku, sebelum subuh adalah waktu yang
istimewa dari 24 jam sehari. Selain menikmati hening berdua denganNya, menunggu
waktu subuh juga biasa kugunaan untuk menulis-meski hanya sekedar mengetik beberapa
kata yang lebih sering tak terselesaikan karena terpotong oleh suara adzan. Ada
kewajiban yang harus segera kutunaikan.
Setelah subuh, biasanya aku mengerjakan
tugas kuliah yang semalam belum selesai. Sekitar pukul delapan, ritual pagiku
pun dimulai. Membereskan kamar adalah yang pertama sebelum membersihkan bagian
rumah yang lain. Jika pekerjaan rumah sudah beres, barulah aku mandi dan
bersiap-siap ke kampus.
“Minum
susu dulu baru berangkat”-kata kak fira yang melihatku sudah berpakaian rapi.
“Gak
sempat kak, ini udah lewat jam sepuluh” balasku dengan wajah cemas sambil
melirik jam dinding di ruang tengah. Waktuku cuman 30 menit sebelum jam pertama
dimulai dan aku tidak ingin terlambat. Urusan perut soal belakangan, on time
adalah prioritasku.
Setiba
di kampus aku melihat dua orang teman sekelasku sudah berdiri di depan
perpustakaan. Mereka sedang menungguku. Sudah menjadi kebiasaan bagi kami
bertiga untuk selalu bersama menuju kelas yang terletak di lantai lima.
“Bagaimana
dengan tugas dari ibu Nuryanti?” tanyaku
kepada lisa dan risla memulai percakapan.
“Entar
siang kita harus konsultasi” Lisa menjawab sementara risla masih terdiam,
terlihat asik dengan pikirannya.
“Sepertinya,
minggu ini dan sepanjang semester empat akan sangat melelahkan”- kataku dengan
wajah lesu. Sudah seminggu lebih kami harus berhadapan dengan tiga tugas
penetitian sekaligus.
Sebuah konsekuensi sebagai mahasiswa, mau tidak mau kami
harus mengerjakan tugas dari dosen. Sesulit apapun itu. Jika tidak, nilai C, D
atau paling buruknya Error bisa menghias transkip nilai kami.
Lalu
sepanjang perjalanan hanya diisi dengan obrolan seputar tugas minggu ini.
Pukul 2:30, jam kuliah berakhir. Kami bertiga menunggu di depan ruang dosen. Tiba-tiba
Mahar, si ketua kelas datang menghampiri kami.
“Ibu
Nuryanti tidak ada.” Katanya to the point. “Konsultasi bisa besok, setelah
dzuhur”lanjutnya.
“Yuk, kita pulang. Mungkin masih ada sedikit waktu untuk tidur siang.”-Ajakku kepada Lisa dan Risla. Keduanya mengangguk setuju sambil berjalan meninggalkan lantai lima.
***
Sore sepulang kampus lebih banyak kuhabiskan
di kamar. Begitu pun dengan malam. Aku selalu asik dengan duniaku sendiri. Tenggelam
dengan kesibukan di depan laptop atau hp membuatku enggan keluar kamar jika tak
ada hal penting atau mendesak. Biasanya, karena urusan kuliah aku selalu tidur
di atas jam 12. Begadang sudah menjadi kebiasaan sekaligus sesuatu yang harus
kulakukan jika ingin menyelesaikan banyak hal.
Kurang lebih seperti itulah rutinitas
harianku. Melelahkan namun aku tetap bersyukur untuk setiap detik berharga yang
tidak lain adalah kesempatan untuk melakukan banyak kebaikan. Urusan waktu,
kita hanya punya dua pilihan. Melakukan sesuatu yang berkutub positif atau sebaliknya.
Karena waktu adalah salah satu yang kelak
dimintai pertanggungjawaban dihadapanNya. Maka lakukan yang terbaik setiap
saat sebelum nafas terakhir berhembus.