Thursday, 10 March 2016

Titik Jenuh paling mematikan


Mengabdi pada sepi-tenggelam dalam pelukan hening malam hari.
Suatu kondisi dimana dirimu merasa terperangkap dalam setumpuk resah tak terdefinisi.

Saat kamu betul-betul merasa sendiri, lalu seisi dunia seolah memainkan peran antagonis yang membuatmu harus terpojok. Dilema, entah harus berbuat apa.
Saat kamu kehilangan segala hal yang selalu kamu sebut sebagai alasan untuk tetap tersenyum.
Saat dunia seperti tidak menyisahkan apapun selain sunyi yang setia disampingmu.

Saat senja yang kau cintai tak lebih hanya sekedar warna jingga yang mulai kehilangan makna, juga hujan yang berhenti membuatmu terpesona.
Saat kamu mulai asing dengan kata "harapan” dan bahagia seperti terhapus dari kamus hidupmu.

Saat kamu hanya bisa terdiam menatap kosong langit-langit kamar, lalu kedua matamu menjadi sembab oleh gerimis kecil yang  membuat basah pipimu.
Saat setiap inci dari tubuhmu terasa menolak untuk digerakkan.

Saat tempat paling nyaman hanyalah ruang kecil tanpa cahaya, dengan kesendirian sebagai pilihan paling bijak menurut kepalamu yang entah logikanya dikemanakan.

saat itulah, (mungkin) kamu tak berharap lagi untuk hidup.

--One Day One Post