Luka itu. . .
Benturan rasa antara realitas dan
harapan yang berbeda rupa.
Semacam resiko besar atas ekspektasi berlebihan untuk hati yang tidak
cukup luas menampung kecewa.
Serupa kecelakaan lalu lintas yang terjadi
tanpa aba-aba.
Pelajaran berharga yang dikemas
dalam bentuk rasa sakit.
Ruang untuk memahami bahwa Tuhan sedang memberimu tiket gratis, sebuah
perjalanan melewati lorong waktu, penuh air mata demi menyampaikan makna
untukmu.
Dan terakhir, anggap saja ia sebatas “ephemera”
atau siklus yang bermain dalam kehidupan. Sesuatu yang pernah menjejak dalam lintas
perasaanmu, mencipta lubang menganga, meninggalkan bekas bahwa kau pernah
memiliki cerita tentang kepedihan yang terlalu dalam.
Percayalah bahwa manusia memang
dirancang untuk terluka sekaligus menyembuhkan dirinya sendiri sampai waktu
yang entah.