Thursday, 15 March 2018

Sekelumit Cerita: Mahasiswa Tingkat Akhir



Slow better than no progress ... Tetiba kata-kata ini menjadi kalimat paling pemungkas saat kepala seperti tak sanggup lagi melawan banyaknya pikiran merendahkan.

"Ah, kamu memang terlalu santai, kamu terlalu meremehkan tanggungjawab, kamu memang malas berpikir, bla bla ... duh, menghakimi diri sendiri kadang sangat menyakitkan sebab di titik itu seseorang akan menemukan begitu banyak kesalahan yang kadang tidak begitu disadari, lalu diam-diam malah menghancurkan kepercayaan diri hingga di titik ekstremnya (yang sering dan sedang saya alami) malah memaki diri, menganggap jika saya memang tidak memiliki kapasitas yang memadai untuk melakukannya, saya masih terlalu bodoh tuk memahami, saya memang selalu berpikir pendek dalam mengambil keputusan, terlalu gegabah dan tidak cukup sabar untuk sebuah proses, etc—sekumpulan asumsi negatif yang seperti meruntuhkan harapan atau semangat untuk tetap melangkah. Menyedihkan sekalih!

Sore tadi sepulang kampus (lebih tepatnya perpustakaan wilayah yang berada tepat di depan kampus), saya singgah di salah satu kedai kopi tuk bertemu salah seorang dosen. Rencananya saya ingin membicarakan judul untuk proposal skripsi dengan beliau, namun ternyata saat berada di sana yang terjadi malah sesuatu yang sangat jauh dari perkiraan dan harapan saya. Pertama: di sana tidak hanya ada beliau tapi juga ada beberapa dosen lain, Kedua: Saya merasa suasana seketika awkward ... saya tak begitu nyaman berada di antara dosen-dosen yang pada akhirnya membuat saya harus segera beranjak pergi dengan perasaan yang down banget, serasa pengen nangis.

Apa yang serjadi selama di sana? Singkatnya, saya mengajukan beberapa topik yang ingin saya teliti dan kesalahan fatalnya, saya memang kurang mencari tahu alias belum memahami betul ide untuk membuat judul sehingga yang terjadi malah embarrassing. Mereka (karena salah satu dosen ikutan nimbrung: turut memberi komentar), malah melempari saya statement yang oh my god! Saya tahu betul makna kalimat sarkasnya yang .... to explain that i’m stupid intinya haha, saya hanya bisa melongo dengan tampang bodoh dan bibir yang tetiba menjadi kelu walau hanya berbicara sepatah kata. Yah, saya termasuk tipe yang hanya bisa diam seribu bahasa saat menyadari di mana letak kesalahan saya.

Finally ... Tiba di rumah, saya berusaha mensugesti diri dengan kalimat-kalimat positif yang ternyata tidak begitu berefek. Saya lelah, saya ingin menangis tapi nurani berbisik pelan “sudahlah, setiap kesalahan adalah proses untuk belajar memahami dan lebih hati-hati mengambil langkah. Kau hanya butuh jeda, beristirahatlah sebentar untuk kembali melanjutkan perjuangan." Lalu saya pun tertidur selepas membaca beberapa lembar novel yang baru saja saya beli via online. Memang membaca dan tidur selalu menjadi pelarian saat sedang unmood. Dan ternyata beban pikiran ditambah tubuh yang lelah cukup efektif membuat saya tertidur sangat pulas hingga alarm pun tak berhasil menerobos kesadaran.  

--Makassar, setelah pikiran mulai membaik