Semua daerah memiliki cerita yang
berbeda-beda. Yang sama hanyalah rasa sakit saat berpisah. Karena perpisahan,
semanis apapun, seindah apapun, tetaplah perpisahan. Ada cerita yang harus
berubah menjadi kenangan. (Halaman terakhir)
Ketika kita menerima sebuah pertemuan maka kita pun harus merelakan sebuah
perpisahan. Dan sebaik-baik cara untuk menyimpan kenangan adalah dengan
menuliskannya. Sebab jika hanya berada dalam kepada pelan-pelan ia bisa saja
tersapu oleh waktu, tertimbun oleh kenangan-kennagna yang lain. Maka lakukan
perjalanan, resapi sebuah pertemuan, perkenalan dan abadikan dalam tulisan
sebagai miniatur ingatan; tempat yang bisa kau kunjungi kapan saja.
Buku
ini berisi kisah perjalanan Bung Fiersa menjejakkan kaki di beberapa tempat di
Indonesia (Berkelana dari sabang-entah jika
nanti betul-betul sampai di raja ampat seperti yang direncanakan dalam buku
pertama ini) Dilatarbelakangi oleh patah hati, Bung akhirnya memutuskan
untuk pergi sejauh-jauhnya menyusuri Indonesia bersama dua orang temannya
(Baduy dan Prem).
Kadang
memang, sesuatu yang menyakitkanlah yang kemudian membuka satu gerbang
kebahagiaan yang baru. Lalu hal-hal mengagumkan lainnya pun akan kita temukan sebagai
jawaban dari sebuah misteri takdir; asal kita bersedia untuk merelakan langkah
menuju kepergian. Ya, kepergian yang akan membuat kita rindu. Kepergian yang mengajarkan tentang banyak hal. Hingga langkah kembali pulang menuju
destinasi terakhir; rumah. Tempat yang selalu nyaman untuk kembali sejauh apapun
perjalanan berhasil kita taklukkan.
Betul,
Arah Langkah bukan sekedar catatan
perjalanan yang melukiskan keindahan alam, budaya, dan manusia lewat teks dan
foto. Tetapi juga memberikan cerita lain tentang kondisi negeri yang tidak
sebagus seperti di acara seperti di layar televisi. Meski pun begitu, semua
daerah memiliki cerita yang berbeda-beda, namun di dalam perbedaan itu, cinta
dan persahabatan slalu bisa ditemukan.