![]() |
Menyaksikan teman-teman memakai gaun pengantin seperti di
beberapa akad sebelumnya, aku tak pernah semelankolis melihat foto ini.
|
Dear My beloved friend, Rabiatul Adawiah...
Akad terucap. Ganjil pun menggenap.
Mimpi menjadi nyata. Senyummu merekah. Barakallah.. kusemogakan setiap yang
terbaik untukmu. Selamat menikmati cinta yang halal, cinta yang hakiki. Selamat
menjalani takdir terbaikmu. Kini kau paham jika cinta bersemi selepas akad
slalu lebih indah dibanding setumpuk ketidakpstian sebelumnya. Rasanya baru
kemarin kita bertemu. Saling mengenal hingga akhirnya akrab. Aku tak tahu
mengapa takdir-Nya slalu saja mengagumkan. Untuk sebuah temu yang menjadi awal
ukhuwah diantara kita.
Mari mengenang kawan..
Bisa dibilang kebersamaan kita
sangat singkat-bahkan tak sampai setahun. Sekelas hanya beberapa hari sebelum
akhirnya aku memilih jalanku sendiri. Namun, masih kuingat dengan jelas
beberapa potong kenang perihal masa lalu berisi namamu, wajahmu dan segala hal
perihal dirimu. Di masa-masa terbaik itu, tepatnya kelas satu Aliyah. Kau murid
baru sedang aku sudah tiga tahun sebagai santri. Pertama melihatmu, jujur
pikiran yang muncul di kepalaku; Wiwi’ tipe perempuan cuek, terlalu kaku,
serius etc-(kebiasaanku atau mungkin memang spontanitas saat bertemu orang baru
adalah mengamati, lalu tanpa sadar menganalisis ini-itu.
Saat itu beberapa
kesimpulan/spekulasi timbul bahkan sebelum kutahu siapa namamu. Untuk orang
asing aku bukan pengingat yang baik tentang nama-wajah pun kadang susah tersave
di kepalaku, tapi entah kenapa kau menjadi salah satu dari santri baru yang
begitu mudah kuingat. Mungkin karena sejak awal aku sudah tertarik dengan
ekspresimu, mimik wajah yang menurutku terkesan cuek ataupun gestur tubuhmu yang terlihat slalu serius
-entahlah.
Rasanya aku memang slalu senang
melihat perempuan berkacamata-(apalagi cowok; ini sih dalam komik/novel
yaa,wkwk) Kau yang imut-imut tidak jauh beda dengan postur tubuhku-diam-diam
(sekali lagi) terlalu cepat menarik kesimpulan jika kau terlihat lebih dewasa
dari umurmu. Apalagi dengan kacamatamu-aku merasa kau tipe cewek cool persis
seperti tokoh komik yang biasa kubaca. Apalagi kala itu kita tak begitu
akrab-aku hanya membantin jika kau tampak tertutup, hingga akhirnya kutahu sisi
lain dirimu-seketika mengubah pandanganku tentangmu.
Nyatanya kau sosok yang hangat,
asik dan murah senyum. Ingat, kita sempat sekelas di pelajaran bahasa inggris
yang waktu itu kelas 1, 2, dan 3 digabung berdasarkan kemampuan masing-masing.
Aku yang menyukai pelajaran bahasa inggris diam-diam mencemburui kau yang
rasanya lebih aktif dan lebih mahir dibanding aku. Ah wi’, ternyata ingatan
tentangmu masih begitu melekat hingga di beberapa detail cerita milik masa
lalu. Atau mungkin saja perempuan memang slalu menjadi pegingat yang baik jika
itu perihal kenangan (?) Lagi-lagi entahlah…
Kita sempat beberapa tahun tak
saling bertukar kata atau pun sekedar melempar sapa. Kita seolah kembali
menjadi asing sejak aku tak lagi sebagai teman sekelasmu. Waktu itu aku hijrah
ke tahfidz lalu beberapa bulan kemudian harus pergi sebagai perwakilan program
enam bulan menghapal di pulau seberang. Saat itu aku tak ingat lagi tentangmu.
Kau sibuk dengan duniamu aku pun demikian. Hingga di beberapa tahun kemudian
kita sama-sama mencicipi pahit manisnya menimba ilmu di bangku kuliah. Dengan
terpisah jarak yang lumayan jauh-beda kota, jurusan dan kampus tentunya,
ternyata dunia maya malah membuka kembali gerbang pembicaraan antara kita.
Aku tak ingat tepatnya berawal dari
mana. Rasanya tiba-tiba saja kita saling berchat ria, bertukar cerita, curhat
seputar masalah kuliah hingga hal-hal yang sifatnya betul-betul private. Aku
tak paham, mengapa kau begitu percaya membagi banyak kisahmu kepadaku-demikian
sebaliknya. Mungkin karena ada beberapa kesamaan hingga kau merasa nyaman dan
nyambung hingga tak terasa dua tahun terakhir kau semakin sering becerita
sekaligus bertanya-tanya banyak hal padaku. Aku dengan segala kesoktahuanku
slalu saja menjawab pertanyaanmu semampuku-sebab aku terlanjur senang mendengar
curhatmu yang kadang membuatku seperti turut merasakan bahagia skaligus
suka-dukamu-dan kau pun menjadi salah satu sumber tulisan di blogku. Begitulah
aku slalu senang menulis tentang orang lain. Terimakasih kawan, untuk seluruh
kisah yang kau percayakan kepadaku. Aku belajar banyak dari ceritamu
Finally, bahagiamu yang baru di
mulai kemarin. Maafkan aku yang tak sempat hadir, tapi percayalah aku
mendoaknmu dalam-dalam. Aku sungguh haru melihat foto-foto pernikahanmu seolah
aku tak percaya jika kau yang pernah begitu rapuh kini berhasil sampai di salah
satu titik terbaik yang sungguh menjadi bukti bahwa kau perempuan tangguh yang
akhirnya mampu melewati seluruh kenyataan penuh pilu di beberapa waktu
sebelumnya-meski dengan lelehan air mata berulang kali. Maaf aku bahkan hanya
menjadi silent reader saat teman-teman asik memberi ucapan di grup, sibuk
membahas acara paling bahagia sekaligus moment pentingmu. Bukan aku tak peduli
tapi rasanya aku hanya tak kuasa berkata-kata saking haru dan bahagianya.Kemarin,
cukup aku menjadi pembaca. Sebab aku sengaja ingin menulis ini dan membuatmu
membacanya saat riuh ucapan mereda. Aku ingin kau kembali meresapi kata-kataku.
Terimaksih sudah menjadi pembaca
setia, juga pendengar yang baik untukku.
Wi’, aku senang menulismu meski
beberapa saat yang lalu hatiku pun ikut tercabik mendengar seluruh kenyataanmu.
Wi’ aku sangat bahagia dengan bahagiamu kini. Aku ikut merasakan senyum penuh
kesyukuranmu seolah bahagia itu mengudara hingga ke sini, serta merta membuat
air mataku mendereas sepanjang mengetikkan kata per kata dari tulisan ini.
Percayalah, ini tangis kebahagiaan yang betul-betul tulus.
Sungguh cinta sejati ada dalam
sebuah pernikahan. Muara dari seluruh kisah sedih atau pun bahagiamu. Sosok
yang tak pernah kau bayangkan kini melengkapimu. Ia yang sebelumnya tak pernah
sekalipun menjadi rencanamu. Tuhan Maha baik wi’-Ia slalu tahu yang terbaik
untuk hamban-Na. Di saat tangismu tumpah, kecewa mengarati hatimu, dan perih
seolah merampas ketegaranmu. Ia datangkan bahagia dalam kemasan yang berbeda.
Ia memang penulis terbaik skenario manusia.
Wi’, Jalani cintamu dengan penuh
kasih sayang, saling menyempurnakan, saling menerima dan saling mendukung.
Selamat bertumbuh menjadi sepasang manusia yang baik Jaga dan rawatlah cintamu
dengan kejujuran, kuatkan dengan slalu menyediakan stok sabar dan maaf. Perjuanganmu menjadi seorang istri baru saja
dimulai, maka peliharalah cintamu dengan komitmen, ilmu juga usaha saling
memahami hingga ajal memisahkan. Singkirkan banyak ragu, percayakan mimpi
sehidup-sesurga bersamanya. Perankanlah lakon istri sebaik mungkin. Semoga
kelak kalian adalah sepasang orang tua yang akan melahirkan sebaik-baik
generasi penerus Din. Selamat menyatukan cinta. Kutahu, kini hatimu utuh-dengan
cinta yang suci. Selamat saling mencintai karena Allah hingga ke Jannah-Nya… بارك
الله لك وبارك عليك و جمع بينكما في خير
Aamiin…
|| Makassar, 03 Oktober 2017, Catatan sebelumnya- part 1 dan part dua di sini.