Rasanya langkah saya ketinggalan padahal kami memulai kuliah di tahun yang sama. Tidak dinafikkan jika rasa was-was mulai menyergap dan saya hanya bisa berusaha mengabaikannya dengan berpositif thinking bahwa semua butuh proses-pelan-pelan saja asal tidak jalan di tempat. Begitulah saya berusaha mendoktrin diri agar segala kekhawatiran bisa mereda atau hilang ditelan keyakinan baik.
Life goals
atau tujuan/capaian yang ingin diraih dalam hidup tak lepas dari umur juga
beban tanggungjawab, baik sebagai anak seperti yang dicita-citakan orang tua,
sebagai mahasiswa yang baik, atau pun selaku hamba yang taat. Singkatnya; Habluminannas
waa hamblumninallah, right? Memperbaiki hubungan dengan Allah yang tentu
akan membantu hubungan kita dengan manusia. Kurasa demikian sebab hidup kita
sepenuhnya ada di tangan-Nya yang mana setiap sikap kita kepada hamba-Nya tentu
akan menentukan bagaimana kita di mata-Nya.
Dituliskan
dengan gamblang dalam Al-Quran jika tujuan manusia dan jin diciptakan untuk
beribadah. Baik mahda atau pun gairu mahda dua-duanya adalah jalan
menuju surga; salah satu destinasi umat manusia sekaligus sebaik-baik akhir
jika tak berujung di tempat paling menyiksa. Nah, dalam menjalankan ibadah
tentu penuh dengan rintangan, mulai dari niat ikhlas yang menjadi syarat
diterimanya amalan manusia juga adanya ilmu yang menjadi landasan mengapa kita
melakukan suatu ibadah; apakah ada perintahnya atau contoh dari suri tauladan
Rasulullah SAW, sebab umat islam saat ini masih terjebak dengan wabah penyakit TBC (Tahayyul,
Bid’ah, Churofat ) yang tidak lain adalah imbas dari tidak adanya ilmu agama
yang memadai.
Garis
besar tujuan hidup adalah beribadah yang kemudian akan menumbuhkan
bercabang-cabang perbuatan manusia, baik atau pun buruk yang muaranya jelas
untuk mendapatkan kebahagian dunia akhirat. Lalu, proses memperoleh kebahagian
tersebut tentu bukanlah perkara mudah sebab yang namanya berjuang sama persis
dengan menempuh jalan terjal, berliku yang dipenuhi kerikil tajam sebagai
hambatan yang mau tidak mau harus kita hadapi agar berhasil sampai di tujuan
dengan selamat.
Kerikil
penghambat jalan itulah yang saya katakan sebagai distraksi atau gangguan yang
akan membuat kita gagal mencapai Life goals.
Untuk saya pribadi, setiap bulan saya rutin menuliskan goals di atas stiknote
yang ditempelkan dalam buku agenda. Goals setiap bulan selalu berubah
tergantung keadaan dan keberhasilannya pun tak selalu tuntas sebab adanya
distraksi-distraksi yang menjadi kendalanya. Memang segala hal baik mesti
diperjuangkan dan melawan distraksi tersebuat adalah wujud kesungguhan kita
untuk mencapai life goals.
Singkatnya
ada dua distraksi besar yang berpotensi menggagalkan atau membuat capaian life goals tertunda:
1. Procrastinators atau kebiasaan menunda-nunda. Kadang memulai sesuatu memang tidak mudah. Rasa malas seringkali membuat langkah pertama menjadi bagian yang tersukar. Kebaikan-kebaikan yang direncanakan malah terbengkala di kata “nanti, sebentar, setelah ini-etc, dengan berbagai alasan atau pemaklumannya. Hingga tenggang waktu pun berlalu, serta merta membuat capaian tertunda atau sama skali tidak terlaksana. Saya pribadi masih sering terjebak di wilayah ini seperti oktober yang sisa beberapa hari sementara goals saya bisa dibilang belum mencapai 80% membuat saya lumayan worry.
Dan
sebaik-baik kekhawatiran adalah yang slalu mendatangkan jalan keluar atau
solusi yang kongkrit, lalu bagaimana mengatasi kebiasaan menunda-nunda? Pertama; sadari kembali bahwa waktu tak
pernah menunggu kita. Sekali kita melewatkannya dalam kesia-siaan seperti
bermalas-malasan dan menunda-nunda maka saat itu pula kita melewatkan
kesempatan berharga untuk mengantongi kebaikan.
Lantas, sadarkah kita jika waktu adalah hal yang akan dimintai dipertanggungjawabkan kelak? Nah, resapi detak, beranjaklah meninggalkan kebiasaan menunda kebaikan sebab kita tak pernah tahu di detik kapan ajal akan bertamu.
Lantas, sadarkah kita jika waktu adalah hal yang akan dimintai dipertanggungjawabkan kelak? Nah, resapi detak, beranjaklah meninggalkan kebiasaan menunda kebaikan sebab kita tak pernah tahu di detik kapan ajal akan bertamu.
Kedua;
perbaiki niat. Jika niat kita sungguh-sungguh
ingin mengejar pahala, tentu kita akan berusaha untuk melawan setiap rasa malas.
Dan jangan lupa untuk merutinkan berdoa “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari rasa susah, sedih, dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah
dan malas... (Lihat dzikir pagi dan petang) Semoga rasa malas lekas
mempensiunkan diri.
2. Tidak fokus. Kadang kita berhasil keluar dari lingkaran kemalasan dan menunda-nuda namun ternyata tidak fokus juga membuat life goals terhambat. Saya pribadi sering kehilangan fokus karena terganggu dengan pekerjaan-pekerjaan lain-yang kadang terlihat lebih menarik untuk dikerjakan dibanding menuntaskan life goals.
Lalu begaimana mengatasinya? Pertama; kembali fokus. Atur napas, tenangkan pikiran dan mulailah menyadari di mana titik fokusmu lepas dan temukan sebab kenapa kita kehilangan fokus. Jika karena distraksi banyaknya aktivitas hingga fokus terbagi maka mulailah menata kembali skala prioritasmu. Fokuslah menyelesaikan apa yang yang ingin dicapai. Seperti kata Merry Riana “Hidup ini bukan hanya soal berhitung tapi bagaimana kamu menyelesaikan apa yang sudah kamu mulai. Nah, sadari; kita bertanggungjawab penuh tuk merampungkan setiap pekerjaan yang sudah kita mulai. Maka fokuslah, kerjakan sebaik mungkin dan rasakan kepuasan jika kita berhasil menyelesaikannya.
Terakhir,
jika sudah berhasil melawan procrastinators dan tidak fokus lalu ternyata life goals tidak juga berhasil tercapai,
maka kembalikan ke sang Penentu Takdir, bahwa sehebat apa pun kita mendesain
rencana atau sekeras apa pun berusaha tuk mewujudkannya, tetap saja semua itu
hanya bisa jika ada restu dari Semesta.
Maka rumusnya selalu begini: Maksimalkan
ikhtiar-usaha lalu perbanyak doa agar dimudahkan dan terakhir tawakkal. Yakini selalu jika takdir-Nya
adalah sebaik-baik kejadian. Mari melihat segala sesuatu dengan pikiran dan
pemahaman yang luas.
“Maka
apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) Kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan yang lain) Dan hanya kepada Tuhanmu hendaknyalah kamu
berharap. (QS, 94: 7-8)
Selamat beraktivitas, selamat
memperjuangkan life goals.