Thursday 23 December 2021

[Review Buku] Man's Search For Meaning; Sebuah Perjalanan Menemukan Makna Hidup di Tengah Realitas yang Penuh Derita


Judul Buku: Man's Search For Meaning

Penulis: Viktor E. Frankl

Penerjemah: Haris Priyatna

Penerbit: Noura Books

Tebal Buku: 233 halaman

Terbit: Cetakan ke-11, Agustus 2021

Format: Paperback

ISBN: 978-602-385-416-5


Menarik, menyentuh, dan mengispirasi; tiga kata inilah yang saya simpulkan selepas menamatkan Man's Search For Meaning. 

Bagi saya pribadi, cerita tentang seorang tawanan dengan segala rupa penderitaannya adalah bacaan yang sangat menarik dan layak tuk disimak. Lewat bahasanya yang lugas, dr. Viktor menyuguhkan sisi kehidupan yang penuh siksaan dan tampak tidak lagi memiliki harapan. Dengan memakai kacamata penulis, kita akan dibuat tersentuh, seolah diajak melihat langsung bagaimana setiap episode kehidupan bisa menjadi sedemikian menyakitkan; waktu terus beranjak tak lebih dan kurang sebatas repetisi dari ketidakbahagiaan, keputusasaan, dan sederet kesedihan yang tak berkesudahan. Lembar demi lembar buku ini akan membawa kita pada bagian-bagian lain dari perjalanan takdir manusia yang mengusik kesadaran, dan mungkin juga akan membuat kita lebih memperhatikan hidup untuk mensyukurinya lebih dalam.

Bagaimana pun, buku ini berhasil mengulik penderitaan dengan beragam sudut pandang; kematian (yang kadang muncul lewat habisnya harapan), ketakutan manusia, perasaan menyerah, trauma, nilai-nilai spiritual, hingga penemuan makna di tengah keadaan tertekan dan dalam kubangan putus asa.

Buku ini tersusun dari beberapa bagian, namun secara garis besar membahas tentang logoterapi; bagaimana mekanisme kerjanya terhadap berbagai gangguan psikologi pasien dan tentu saja pengalaman pahit penulis ketika berada dalam kamp konsentrasi yang asyiknya dibahas dari aspek psikologi sesuai background dr. Viktor. Sebuah memoar yang tragis dan ngeri memang, namun sisi kemanusiaan yang ditonjolkan memberi pemahaman bahwa betapa kompleks alam jiwa manusia jika ditelaah lebih dalam. Pada akhirnya, seluruh pengalaman hidup yang dilalui akan membentuk karakter sekaligus menentukan bagaimana kita memandang kehidupan.

Dengan uraian yang cukup detail dan mudah dipahami (meskipun begitu banyak istilah asing dari ilmu psikologi atau bahasa medis), saya rasa apa yang ingin dikatakan penulis lewat pengalaman dan tentu saja penjelasan tentang makna hidupnya sudah tersampaikan dengan sangat baik.

Untuk catatan terakhir yang menjadi penutup buku ini, saya ingin mengatakan; Amazing! Memang layak menjadi buku best seller internasional karena sangat berpengaruh bagi ilmu psikologis manusia dan tentu saja sangat banyak yang sudah terinspirasi dari buku ini. 

Berikut beberapa kutipan favorit dari buku ini;

"Humor merupakan senjata jiwa yang lain dalam upaya seseorang untuk bertahan hidup." (halaman 61)

"Kita perlu menghadapi seluruh penderitaan kita, dan berusaha menimalkan perasaan lemah dan takut. Namun, kita tidak perlu malu untuk menangis, karena air mata merupakan saksi dari keberanian manusia yang paling besar, yakni keberanian untuk hidup. (halaman 116)

"Manusia bisa melestarikan sisa-sisa kebebasan spiritual. Kebebasan berpikir mereka. Meskipun mereka berada dalam kondisi mental dan fisik yang sangat tertekan." (halaman 80) 

Usai membaca buku ini saya tersadar; betapa mengagumkan takdir sebuah karya yang pada satu titik bisa menjadi panduan dalam pencarian makna hidup seseorang, (termasuk saya) dan penulis betul-betul beruntung, hingga mati pun orang-orang masih bisa membaca kisahnya, mencoba memahami dan mengambil banyak pelajaran.

Anak Pertama; '23 Rewind' dan Beberapa Hal di Balik Proses Kelahirannya

 

Finally, tahun ini aku berhasil menerbitkan buku pertama; setelah sekian lama yang penuh drama, niat dan tekad maju-mundur, penuh ragu beserta ketidakpercayaan diri yang jatuh. Ternyata memang betul, membaca buku itu mudah, yang susah adalah menulis buku.

Anak pertama yang kunamai '23 Rewind' ini penuh cacat dan masih butuh perbaikan yang serius, (maklum, dilahirkan terpaksa) namun kehadirannya cukup membuatku terharu karena prosesnya betul-betul memuakkan. Dan entah mengapa, aku ingin berbagi beberapa hal yang mewarnai perjalanannya.

Berikut beberapa fakta di balik 23 Rewind;

1. Pertama kali dimulai akhir 2019, kemudian selesai tahun 2020 (sempat berhenti total karena laptop rusak dan harus ada penyusunan ulang hingga naskah terbengkala sekian lama) lalu tahun ini, tepatnya di bulan kelahiranku: Agustus, akhirnya diterbitkan juga.

2. Terbit edisi terbatas. Untuk memenuhi syarat penerbit harus cetak sekian eksemplar, tidak ada PO, promosi, dst. Sebenarnya, rencana awal buku ini memang dibuat dan hanya akan rilis dalam format e-book lalu dibagikan cuma-cuma, (efek corona waktu itu banyak yang bagi-bagi ebook gratis) namun akhirnya diterbitkan versi cetaknya yang sangat terbatas demi memenuhi keinginan beberapa orang yang sangat ingin membaca versi bukunya (beberapa eks pun dijadikan hadiah kepada beberapa kawan dekat).

3. Ditulis, editing, layout, dan desain sampul oleh aku sendiri. Tidak ada istilah 'masuk meja redaksi'. (Fyi, sampul dibuat memakai Canva) Maafkan penulis yang tidak punya skill mendesain tapi ngotot bikin sampul yang betul-betul sesuai selera; sederhana dan seminimalis mungkin.

Kiriman foto dari kakak ipar yang sudah membaca Rewind.


4. Sebagian tulisan sudah pernah dipublikasikan di blog/tumblr. Ada empat bagian; tulisan pendek yang lebih mirip diari mungkin, kumpulan prosa, beberapa pengalaman yang berkesan (ada di bagian dua; tulisan di sini bisa dibilang 'yang paling menguras perasaan' (setiap kata yang kutulis mengandung air mata bahagia atau sekadar terharu), dan catatan-catatan acak yang sulit dikategorikan jenisnya (bagian terakhir yang mungkin dengan cukup jelas memperlihatkan bagaimana tulisanku mengalami semacam perubahan tergantung beberapa fase yang pernah atau sedang kulalui; masa galau, baper, krisis, hingga menjadi bebas dan lepas dari bentuk/ciri khas yang sebelumnya sempat tercermin pada tulisan lama). Kadang, di beberapa tulisan ada perasan seperti orang lain yang menulis.

5. Judul Rewind sebenarnya terinspirasi dari obrolan random di radio sedangkan dua puluh tiga mempunyai beberapa makna khusus bagi penulis; adalah usia ketika memulai buku ini, adalah tanggal yang selalu mengingatkan penulis dengan kenangan khusus, 'dua puluh tiga' … mengandung rahasia yang tidak perlu dibagi (ini alasan sentimen saja), alasan sebenarnya mengapa judulnya 23 Rewind sudah dijelaskan di prakata.

6. Bagian tersulit dari buku ini adalah menulis biodata dan prakata. Keduanya sempat diubah berkali-kali (hapus-tulis-hapus-tulis; repeat).

7. Masih ada niat untuk merevisi kembali lalu menerbitkannya sungguh-sungguh karena beberapa orang ingin memiliki buku ini (versi cetaknya tentu saja). Tapi, kapan waktunya, entahlah ... sekarang aku sedang mencoba menulis buku yang lain.

Terakhir, mau bilang terima kasih kepada beberapa orang yang sudah bersedia menjadi pembaca pertama, pemberi kritik/saran dan masukan yang juga mendukung kelahiran buku ini; adek Mima' yang katanya sempat menangis membaca satu tulisanku, my beloved sister yang sempat kontra dengan satu hal dari cara menulisku, adek Icong yang tidak malu-malu mengakui kesalahan ketikan dan Mayni; editor bayangan yang selalu kurepotkan dengan pertanyaan seputar kata baku ataupun PUEBI. Sungguh, banyak banyak terima kasih untuk kalian atas waktu berharga yang habis karena membaca bukuku.



Sunday 12 December 2021

Saat hujan belum reda dan anehnya; kopi pagiku belum habis

kucatat tahun ini dengan air mata

penyesalan, dan rasa bersalah

mimpi-mimpi yang kuhianati akan menjadi ingatan tidak menyenangkan di tahun berikutnya — tentu saja, jika aku masih bersedia melanjutkan hidup

Januari, Februari, dan kini Desember.

musim hujan yang muram mengantar langkah menuju gerbang perpisahan

sebuah akhir yang tidak menawarkan apa-apa selain sederet kenangan yang akan tertinggal di belakang

aku hanya ingin memeluk tahun yang takkan pernah kembali

berharap tumpukan kesalahan yang menggunung masih termaafkan.