Tuesday 29 November 2022

Perbaikan Dimulai Dengan Ilmu

Titik Nol • Pembersihan Jiwa • Oleh Ustaz Agus Al Muhajir Rahimahullah • Faithamins Podcast
Jumat pagi saya melihat Instagram story seorang penulis tumblr yang selama ini sering saya jadikan salah satu rujukan mengambli bacaan. Saya selalu suka dengan kutipan dari buku yang biasa diunggah berserta kalimat reflektifnya. Lalu pagi itu, saya menemukan link podcast di Igs beliau yang langsung mengarahkan saya ke Spotify. Satu jam lebih pembahasan yang membuat saya tercenung cukup lama, menulis ulang semuanya agar bisa menjadi pengingat diri, catatan yang cukup panjang yang membuat saya merasa harus membagikannya agar orang lain pun bisa ikut meneguk nikmatnya ilmu. Ada pun pembahasan podcast ini tak jauh-jauh menyinggung hal yang begitu penting bagi para penuntut ilmu.

Oke, here we go!

Tiga adab menuntut ilmu (agar mendapatkan ilmu berkah)

1. Adab terhadap diri sendiri
2. Adab terhadap sumber ilmu
3. Adab terhadap ilmu itu sendiri

Ketiganya betul-betul diperlukan, tentu agar menghadiri majelis ilmu memberi efek, tidak sia-sia.

Pertama, adab kepada diri sendiri. Ada dua poin yang sangat penting kita perhatikan:

1. Niat. Jangan biarkan ada niat buruk karena niat yang salah tidak akan menjadikan ilmu sebagai alat untuk mendekat kepada-Nya, taqarrub. Sebab ilmu seharusnya diniatkan untuk meraih akhirat, bukan untuk dunia. 

2. Jaga diri dari perilaku yang buruk. Sebab kita tidak mungkin mendapat ilmu yang berkah jika kita penuh dengan hal buruk, mulut kita belepotan dosa, jiwa kita kotor—semua perilaku tercela menghalangi masuknya ilmu yang mulia. 

Untuk membersihkan hati, mulailah dengan taubat. Hilangkan dosa-dosa kita agar ilmu menjadi cahaya yang menembus. Perbanyak istigfar dalam perjalanan menuntut ilmu agar kita menjadi seseorang yang layak menerima ilmu.

Kedua, adab kepada sumber ilmu:

1. Kitab/buku. Hargai buku-buku atau kitab yang menjadi sumber ilmu. Jangan sampai mushab ditaruh di bawah, diletakkan di tempat rendah/sembarang. Perlakukan baik-baik kitab yang kita pelajari. 

2. Siapa pun yang mengajarkan ilmu kepada kita. Bersikplah tawadhu kepada penyampai ilmu. Muliakan sumber ilmu. Jangan merendahkan pemberi ilmu karena itu akan memutus keberkahannya. Hati-hatilah, karena kita tak akan mendapatkan kemuliaan ilmu jika mencaci orang yang memberi ilmu.

Ketiga, adab kepada ilmu itu sendiri:

1. Fokus saat menuntut ilmu. Salah satunya dengan mengikat ilmu dengan mencatat. Menulis juga menjaga agar kita tetap fokus. 

Hati-hati belajar online, jangan rebahan sambil nge-zoom, misalnya. Karena keberkahan dan manfaat hanya bisa didapat jika kita bisa menghargai ilmu. Selama menuntut ilmu pun, jangan sampai terdistraksi, terutama urusan dunia. Jaga fokus kita. 

"Seluruh bagian ilmu tidak akan diberikan padamu sampai kau sanggup menundukkan seluruh jiwamu utuh untuk ilmu" Kata imam Gazali. 

2. Sistematis dan tuntas dalam mempelajari ilmu. Tuntaskan satu bab baru memulai bab lain. Perlu diingat juga bahwa bahaya jika kita tidak sistematis karena pemahaman bisa acak-acakan. 

3. Tidak memulai dengan materi yang rumit seperti mulai pembahasan khilafiyah. Mulailah dari yang sederhana. Step by step.

Tiga poin yang harus di-highlight pada pembahasan kali ini:

1. Ilmu adalah titik nol perubahan
2. Cara memperoleh ilmu yang berkah adalah dengan menegakkan adab
3. Hati-hati terhadap penyakit yang menempel pada ilmu. Ada sebuah hadits: "Manusia yang paling berat mendapatkan siksa pada hari kiamat tapi tidak memberi manfaat padanya. Ahli ilmu yang fasik, yang tidak beramal dengan ilmunya."

Karena itu, sesederhana apa pun ilmu kita sesuaikan dengan perilaku kita. Karena jika perilaku jauh dari ilmu kita, maka celakalah kita. 

Dalam kitab Ibnu Katsir disebutkan juga bahwa orang paling berat siksanya adalah alim. Orang berilmu yang tidak sesuai dengan perilakunya. Pun, yang dikhawatirkan Usman adalah orang berilmu tapi munafik. Kenapa munafik? Ketika ilmunya hanya menjadi penghias lisan saja sementara jiwa dan amal tidak sesuai ilmunya.

Inilah jebakan ilmu yang berbahaya. Maka, Sesederhana apa pun ilmu, lakukan.

Imam Hambali pernah diminta pada seseorang yang statusnya masih budak. "Cobalah sampaikan betapa mulianya orang yang membebaskan budak." Lalu beliau tidak menyampaikan sampai beberapa pekan. Ketika ditanya kenapa beliau baru menyampaikannya pada pekan keempat? .... Beliau menjawab, ia tidak berani menyampaikannya karena belum mampu melakukannya. Ia mengumpulkan uang dahulu untuk mengamalkannya, membebaskan budak.

>> Quotes of the day <<

"Pasangan sejati bagi ilmu itu adalah amal. Dengan mengamalkannya maka ia semakin kekal di qolbu manusia. Jika tidak, ilmunya sia-sia, akan lenyap dan dicabut."

"Jaga diri dari maksiat karena itu bisa menghalangi cahaya ilmu."

Gowa, 18—20 November 2022

Sunday 20 November 2022

Teruntuk Diri Sendiri


Dear Aira ....

Seringkali kenyataan tak semewah yang kauharapkan, tapi semoga saja itu tidak sampai melumpuhkan kesabaranmu, membuatmu tenggelam dalam kesedihan yang menghapus senyuman.

Manusia memang tak bisa memesan takdir sesuai keinginannya, namun hati yang ia miliki diberi kemampuan hebat untuk menerima setiap baik-buruk kehendak-Nya. Kau tahu, hati adalah pemberian Tuhan paling berharga. Di sana diletakkan-Nya kesempatan agar kau selalu bisa membenahi hidupmu. Tuhan akan mencintai dan menilaimu dari bagaimana hatimu. Karena itu, kau harus memiliki hati yang cantik. Hati paling laut, yang luas kesabarannya tak berbatas. Hati yang tetap akan baik-baik saja meski pernah dilukai berkali-kali, ditumpahi berkubik-kubik kecewa, dihunjami derita, hingga sebanyak apa pun perasaan duka takkan sampai mematahkannya. 
Jangan berhenti mendidik hatimu agar menjadi hati yang akan menyelamatkan dunia dan akhiratmu.

Raa, bersyukurlah sebab di antara begitu banyak hal yang berkali-kali kau keluhkan, kau masih memiliki begitu banyak alasan untuk tetap tersenyum. Coba tegakkan kepalamu lalu katakan “Aku adalah perempuan yang beruntung.” Sering kau merasa buruk sebab kau masih kurang bersyukur. Padahal, nikmat-Nya tiada mampu kau hitung jumlahnya.

Sebab kau tak pernah betul-betul kekurangan jika syukurmu terisi penuh. Kau perlu merawat keyakinan, bahwa Tuhan maha kaya dan akan selalu mencukupkanmu. Ia selalu memberikan apa yang kau butuhkan dan seringkali yang kau inginkan pun terpenuhi cuma-cuma. Bersyukurlah untuk begitu banyak hal hingga kau tak layak menuding diri sebagai seseorang yang terlalu menderita lantas merasa pantas merutuki takdir, mengeluhkan segala kesusahan hidup. Bagaimana pun kehidupan yang kau jalani kini, semuanya melatihmu untuk terus bersyukur.

Beryukurlah. Kau memiliki teman yang selalu mengingatkanmu dalam kebaikan. Bersyukurlah, kau diberi mama yang doanya tak putus-putus. Yang nasihatnya selalu menguatkanmu. Bersyukurlah, kau masih sehat, anggota tubuhmu masih berfungsi dengan baik. Bersyukurlah, kau dimudahkan bangun cepat di saat masih banyak orang yang kesulitan walau sekadar menunaikan subuh tepat waktu. See, Allah sayang kamu, Raa.

Tetaplah melangkah di jalan-jalan kebaikan hingga waktu memutus hubunganmu dengan dunia yang fana. Dunia yang penuh fitnah ini. Berdoalah agar diberi akhir yang baik, dengan hati dan juga raga yang ketika menghadap-Nya dalam ketaatan.

—Makassar, pagi buta. Memupuk syukur tanpa tapi

Wednesday 2 November 2022

Ingatan yang Melintas Sebelum Tidur

Saya akhirnya memutuskan menulis ketika sudah 30 menit lebih usaha agar tidur tepat waktu gagal. Seperti biasa, ada banyak yang riuh dalam kepala. Memetakannya satu per satu lewat kata-kata adalah cara agar mendapatkan kelegaan. Bagaiamana pun, bagiku—menulis adalah media terbaik untuk katarsis. Medium yang kupilih tuk mengenal dan menemukan diriku sendiri.

Saya teringat kalimat seseorang di salah satu platform menulis, (katanya) kurang lebih begini—karena lupa bagaimana redaksi katanya saya menulis apa yang ingatan saya tangkap—kita mengenang agar tidak menghianati masa lalu.

Maka ketika kesadaran saya tak kunjung pergi malam ini, saya membiarkan kenangan menerobos masuk, bernostalgia panjang dalam kesunyian yang mengalirkan air mata. Entah kesedihan yang jatuh, penyesalan, atau ketidakmampuan memahami ingatan-ingatan yang datang menyerbu.

Ingatan itu memang unik, ada banyak, tapi kita tak bisa memilih, mana yang akan tanggal dan yang tinggal. Meskipun saya cukup sering menulis agar tak lupa, tetap saja lebih banyak yang luput, terlupakan lalu kemudian gentayangan di saat-saat sendiri. Kenangan-kenangan itu membawa nama bersama peristiwa dan perasaan tertentu. 

Ingatan pertama, 2014. Matahari pagi dan percakapan-percakapan hangat dari seseorang yang jauh tapi terasa begitu dekat. Cerita lama yang tak pernah betul-betul terlupakan. Perasaan yang ditutup dengan pergi. Selesai begitu saja. Yang hari ini sedikit mendatangkan sesal, kenapa tidak pamit baik-baik? Ada perasaan bersalah yang tidak bisa dibayar dengan maaf.

Ingatan kedua, ketiga ... Tidak perlu ditulis. Satu pertanyaan mewakilinya: mengapa harus jatuh di kesalahan yang sama lebih dari sekali? Lihat, semua ingatan itu, pada akhirnya jadi hantu masa lalu. Menyelinap di malam-malam insomnia. 

11:07 pm |