Tuesday 3 October 2017

Akad

Menyaksikan teman-teman memakai gaun pengantin seperti di beberapa akad sebelumnya, aku tak pernah semelankolis melihat foto ini.

Dear My beloved friend, Rabiatul Adawiah...

Akad terucap. Ganjil pun menggenap. Mimpi menjadi nyata. Senyummu merekah. Barakallah.. kusemogakan setiap yang terbaik untukmu. Selamat menikmati cinta yang halal, cinta yang hakiki. Selamat menjalani takdir terbaikmu. Kini kau paham jika cinta bersemi selepas akad slalu lebih indah dibanding setumpuk ketidakpstian sebelumnya. Rasanya baru kemarin kita bertemu. Saling mengenal hingga akhirnya akrab. Aku tak tahu mengapa takdir-Nya slalu saja mengagumkan. Untuk sebuah temu yang menjadi awal ukhuwah diantara kita.

Mari mengenang kawan..

Bisa dibilang kebersamaan kita sangat singkat-bahkan tak sampai setahun. Sekelas hanya beberapa hari sebelum akhirnya aku memilih jalanku sendiri. Namun, masih kuingat dengan jelas beberapa potong kenang perihal masa lalu berisi namamu, wajahmu dan segala hal perihal dirimu. Di masa-masa terbaik itu, tepatnya kelas satu Aliyah. Kau murid baru sedang aku sudah tiga tahun sebagai santri. Pertama melihatmu, jujur pikiran yang muncul di kepalaku; Wiwi’ tipe perempuan cuek, terlalu kaku, serius etc-(kebiasaanku atau mungkin memang spontanitas saat bertemu orang baru adalah mengamati, lalu tanpa sadar menganalisis ini-itu.

Saat itu beberapa kesimpulan/spekulasi timbul bahkan sebelum kutahu siapa namamu. Untuk orang asing aku bukan pengingat yang baik tentang nama-wajah pun kadang susah tersave di kepalaku, tapi entah kenapa kau menjadi salah satu dari santri baru yang begitu mudah kuingat. Mungkin karena sejak awal aku sudah tertarik dengan ekspresimu, mimik wajah yang menurutku terkesan cuek ataupun  gestur tubuhmu yang terlihat slalu serius -entahlah.

Rasanya aku memang slalu senang melihat perempuan berkacamata-(apalagi cowok; ini sih dalam komik/novel yaa,wkwk) Kau yang imut-imut tidak jauh beda dengan postur tubuhku-diam-diam (sekali lagi) terlalu cepat menarik kesimpulan jika kau terlihat lebih dewasa dari umurmu. Apalagi dengan kacamatamu-aku merasa kau tipe cewek cool persis seperti tokoh komik yang biasa kubaca. Apalagi kala itu kita tak begitu akrab-aku hanya membantin jika kau tampak tertutup, hingga akhirnya kutahu sisi lain dirimu-seketika mengubah pandanganku tentangmu.

Nyatanya kau sosok yang hangat, asik dan murah senyum. Ingat, kita sempat sekelas di pelajaran bahasa inggris yang waktu itu kelas 1, 2, dan 3 digabung berdasarkan kemampuan masing-masing. Aku yang menyukai pelajaran bahasa inggris diam-diam mencemburui kau yang rasanya lebih aktif dan lebih mahir dibanding aku. Ah wi’, ternyata ingatan tentangmu masih begitu melekat hingga di beberapa detail cerita milik masa lalu. Atau mungkin saja perempuan memang slalu menjadi pegingat yang baik jika itu perihal kenangan (?) Lagi-lagi entahlah…
Kita sempat beberapa tahun tak saling bertukar kata atau pun sekedar melempar sapa. Kita seolah kembali menjadi asing sejak aku tak lagi sebagai teman sekelasmu. Waktu itu aku hijrah ke tahfidz lalu beberapa bulan kemudian harus pergi sebagai perwakilan program enam bulan menghapal di pulau seberang. Saat itu aku tak ingat lagi tentangmu. Kau sibuk dengan duniamu aku pun demikian. Hingga di beberapa tahun kemudian kita sama-sama mencicipi pahit manisnya menimba ilmu di bangku kuliah. Dengan terpisah jarak yang lumayan jauh-beda kota, jurusan dan kampus tentunya, ternyata dunia maya malah membuka kembali gerbang pembicaraan antara kita.

Aku tak ingat tepatnya berawal dari mana. Rasanya tiba-tiba saja kita saling berchat ria, bertukar cerita, curhat seputar masalah kuliah hingga hal-hal yang sifatnya betul-betul private. Aku tak paham, mengapa kau begitu percaya membagi banyak kisahmu kepadaku-demikian sebaliknya. Mungkin karena ada beberapa kesamaan hingga kau merasa nyaman dan nyambung hingga tak terasa dua tahun terakhir kau semakin sering becerita sekaligus bertanya-tanya banyak hal padaku. Aku dengan segala kesoktahuanku slalu saja menjawab pertanyaanmu semampuku-sebab aku terlanjur senang mendengar curhatmu yang kadang membuatku seperti turut merasakan bahagia skaligus suka-dukamu-dan kau pun menjadi salah satu sumber tulisan di blogku. Begitulah aku slalu senang menulis tentang orang lain. Terimakasih kawan, untuk seluruh kisah yang kau percayakan kepadaku. Aku belajar banyak dari ceritamu

Finally, bahagiamu yang baru di mulai kemarin. Maafkan aku yang tak sempat hadir, tapi percayalah aku mendoaknmu dalam-dalam. Aku sungguh haru melihat foto-foto pernikahanmu seolah aku tak percaya jika kau yang pernah begitu rapuh kini berhasil sampai di salah satu titik terbaik yang sungguh menjadi bukti bahwa kau perempuan tangguh yang akhirnya mampu melewati seluruh kenyataan penuh pilu di beberapa waktu sebelumnya-meski dengan lelehan air mata berulang kali. Maaf aku bahkan hanya menjadi silent reader saat teman-teman asik memberi ucapan di grup, sibuk membahas acara paling bahagia sekaligus moment pentingmu. Bukan aku tak peduli tapi rasanya aku hanya tak kuasa berkata-kata saking haru dan bahagianya.Kemarin, cukup aku menjadi pembaca. Sebab aku sengaja ingin menulis ini dan membuatmu membacanya saat riuh ucapan mereda. Aku ingin kau kembali meresapi kata-kataku.

Terimaksih sudah menjadi pembaca setia, juga pendengar yang baik untukku.

Wi’, aku senang menulismu meski beberapa saat yang lalu hatiku pun ikut tercabik mendengar seluruh kenyataanmu. Wi’ aku sangat bahagia dengan bahagiamu kini. Aku ikut merasakan senyum penuh kesyukuranmu seolah bahagia itu mengudara hingga ke sini, serta merta membuat air mataku mendereas sepanjang mengetikkan kata per kata dari tulisan ini. Percayalah, ini tangis kebahagiaan yang betul-betul tulus.

Sungguh cinta sejati ada dalam sebuah pernikahan. Muara dari seluruh kisah sedih atau pun bahagiamu. Sosok yang tak pernah kau bayangkan kini melengkapimu. Ia yang sebelumnya tak pernah sekalipun menjadi rencanamu. Tuhan Maha baik wi’-Ia slalu tahu yang terbaik untuk hamban-Na. Di saat tangismu tumpah, kecewa mengarati hatimu, dan perih seolah merampas ketegaranmu. Ia datangkan bahagia dalam kemasan yang berbeda. Ia memang penulis terbaik skenario manusia.

Wi’, Jalani cintamu dengan penuh kasih sayang, saling menyempurnakan, saling menerima dan saling mendukung. Selamat bertumbuh menjadi sepasang manusia yang baik Jaga dan rawatlah cintamu dengan kejujuran, kuatkan dengan slalu menyediakan stok sabar dan maaf.  Perjuanganmu menjadi seorang istri baru saja dimulai, maka peliharalah cintamu dengan komitmen, ilmu juga usaha saling memahami hingga ajal memisahkan. Singkirkan banyak ragu, percayakan mimpi sehidup-sesurga bersamanya. Perankanlah lakon istri sebaik mungkin. Semoga kelak kalian adalah sepasang orang tua yang akan melahirkan sebaik-baik generasi penerus Din. Selamat menyatukan cinta. Kutahu, kini hatimu utuh-dengan cinta yang suci. Selamat saling mencintai karena Allah hingga ke Jannah-Nya… بارك الله لك وبارك عليك و جمع بينكما في خير  Aamiin…



|| Makassar, 03 Oktober 2017, Catatan sebelumnya- part 1 dan part dua di sini.