Thursday 26 October 2017

Life Goals dan Distraksinya



Belakangan saya merasa berada di fase lumayan insecure dengan begitu banyak pikiran-pikiran  random yang menyesaki kepala. Saat kuliah semester tujuh barusaja dimulai dan bayang-bayang KKP (Kuliah Kerja Profesi) masih penuh tanda tanya sebab fakultas belum memberi kepastian atau pun pengumuman resminya sementara itu, teman-teman di jurusan yang berbeda sudah mulai mengajukan judul. 

Rasanya langkah saya ketinggalan padahal kami memulai kuliah di tahun yang sama. Tidak dinafikkan jika rasa was-was mulai menyergap dan saya hanya bisa berusaha mengabaikannya dengan berpositif thinking bahwa semua butuh proses-pelan-pelan saja asal tidak jalan di tempat. Begitulah saya berusaha mendoktrin diri agar segala kekhawatiran bisa mereda atau hilang ditelan keyakinan baik.

Life goals atau tujuan/capaian yang ingin diraih dalam hidup tak lepas dari umur juga beban tanggungjawab, baik sebagai anak seperti yang dicita-citakan orang tua, sebagai mahasiswa yang baik, atau pun selaku hamba yang taat. Singkatnya; Habluminannas waa hamblumninallah, right? Memperbaiki hubungan dengan Allah yang tentu akan membantu hubungan kita dengan manusia. Kurasa demikian sebab hidup kita sepenuhnya ada di tangan-Nya yang mana setiap sikap kita kepada hamba-Nya tentu akan menentukan bagaimana kita di mata-Nya.

Dituliskan dengan gamblang dalam Al-Quran jika tujuan manusia dan jin diciptakan untuk beribadah. Baik mahda atau pun gairu mahda dua-duanya adalah jalan menuju surga; salah satu destinasi umat manusia sekaligus sebaik-baik akhir jika tak berujung di tempat paling menyiksa. Nah, dalam menjalankan ibadah tentu penuh dengan rintangan, mulai dari niat ikhlas yang menjadi syarat diterimanya amalan manusia juga adanya ilmu yang menjadi landasan mengapa kita melakukan suatu ibadah; apakah ada perintahnya atau contoh dari suri tauladan Rasulullah SAW, sebab umat islam saat  ini masih terjebak dengan wabah penyakit TBC (Tahayyul, Bid’ah, Churofat ) yang tidak lain adalah imbas dari tidak adanya ilmu agama yang memadai.

Garis besar tujuan hidup adalah beribadah yang kemudian akan menumbuhkan bercabang-cabang perbuatan manusia, baik atau pun buruk yang muaranya jelas untuk mendapatkan kebahagian dunia akhirat. Lalu, proses memperoleh kebahagian tersebut tentu bukanlah perkara mudah sebab yang namanya berjuang sama persis dengan menempuh jalan terjal, berliku yang dipenuhi kerikil tajam sebagai hambatan yang mau tidak mau harus kita hadapi agar berhasil sampai di tujuan dengan selamat.

Kerikil penghambat jalan itulah yang saya katakan sebagai distraksi atau gangguan yang akan membuat kita gagal mencapai Life goals. Untuk saya pribadi, setiap bulan saya rutin menuliskan goals di atas stiknote yang ditempelkan dalam buku agenda. Goals setiap bulan selalu berubah tergantung keadaan dan keberhasilannya pun tak selalu tuntas sebab adanya distraksi-distraksi yang menjadi kendalanya. Memang segala hal baik mesti diperjuangkan dan melawan distraksi tersebuat adalah wujud kesungguhan kita untuk mencapai life goals.

Singkatnya ada dua distraksi besar yang berpotensi menggagalkan atau membuat capaian life goals tertunda:

1. Procrastinators atau kebiasaan menunda-nunda. Kadang memulai sesuatu memang tidak mudah. Rasa malas seringkali membuat langkah pertama menjadi bagian yang tersukar. Kebaikan-kebaikan yang direncanakan malah terbengkala di kata “nanti, sebentar, setelah ini-etc, dengan berbagai alasan atau pemaklumannya. Hingga tenggang waktu pun berlalu, serta merta membuat capaian tertunda atau sama skali tidak terlaksana. Saya pribadi masih sering terjebak di wilayah ini seperti oktober yang sisa beberapa hari sementara goals saya bisa dibilang belum mencapai 80% membuat saya lumayan worry.

Dan sebaik-baik kekhawatiran adalah yang slalu mendatangkan jalan keluar atau solusi yang kongkrit, lalu bagaimana mengatasi kebiasaan menunda-nunda? Pertama; sadari kembali bahwa waktu tak pernah menunggu kita. Sekali kita melewatkannya dalam kesia-siaan seperti bermalas-malasan dan menunda-nunda maka saat itu pula kita melewatkan kesempatan berharga untuk mengantongi kebaikan. 

Lantas, sadarkah kita jika waktu adalah hal yang akan dimintai dipertanggungjawabkan kelak? Nah, resapi detak, beranjaklah meninggalkan kebiasaan menunda kebaikan sebab kita tak pernah tahu di detik kapan ajal akan bertamu.

Kedua; perbaiki niat. Jika niat kita sungguh-sungguh ingin mengejar pahala, tentu kita akan berusaha untuk melawan setiap rasa malas. Dan jangan lupa untuk merutinkan berdoa “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari rasa susah, sedih, dan aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah dan malas... (Lihat dzikir pagi dan petang) Semoga rasa malas lekas mempensiunkan diri.

2. Tidak fokus. Kadang kita berhasil keluar dari lingkaran kemalasan dan menunda-nuda namun ternyata tidak fokus juga membuat life goals terhambat. Saya pribadi sering kehilangan fokus karena terganggu dengan pekerjaan-pekerjaan lain-yang kadang terlihat lebih menarik untuk dikerjakan dibanding menuntaskan life goals

Lalu begaimana mengatasinya? Pertama; kembali fokus. Atur napas, tenangkan pikiran dan mulailah menyadari di mana titik fokusmu lepas dan temukan sebab kenapa kita kehilangan fokus. Jika karena distraksi banyaknya aktivitas hingga fokus terbagi maka mulailah menata kembali skala prioritasmu. Fokuslah menyelesaikan apa yang yang ingin dicapai. Seperti kata Merry Riana “Hidup ini bukan hanya soal berhitung tapi bagaimana kamu menyelesaikan apa yang sudah kamu mulai. Nah, sadari; kita bertanggungjawab penuh tuk merampungkan setiap pekerjaan yang sudah kita mulai. Maka fokuslah, kerjakan sebaik mungkin dan rasakan kepuasan jika kita berhasil menyelesaikannya.

Terakhir, jika sudah berhasil melawan procrastinators dan tidak fokus lalu ternyata life goals tidak juga berhasil tercapai, maka kembalikan ke sang Penentu Takdir, bahwa sehebat apa pun kita mendesain rencana atau sekeras apa pun berusaha tuk mewujudkannya, tetap saja semua itu hanya bisa  jika ada restu dari Semesta. Maka rumusnya selalu begini: Maksimalkan ikhtiar-usaha lalu perbanyak doa agar dimudahkan dan terakhir tawakkal. Yakini selalu jika takdir-Nya adalah sebaik-baik kejadian. Mari melihat segala sesuatu dengan pikiran dan pemahaman yang luas.



“Maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain) Dan hanya kepada Tuhanmu hendaknyalah kamu berharap. (QS, 94: 7-8)

Selamat beraktivitas, selamat memperjuangkan life goals.