Monday 31 December 2018

Catatan Akhir Tahun



Terlalu banyak yang sudah terjadi, seluruhnya semoga menjadi pelajaran berharga yang akan membuat tahun berikutnya menjadi lebih baik lagi. Segala yang sudah berlalu adalah bagian yang membentuk kita saat ini. Aku percaya, segala rupa kehendak-Nya adalah yang terbaik, sekeliru apa pun manusia menafsirkannya.

Banyak hal berhasil terlewati dari sekian peristiwa. Yang tentu akan terlalu panjang jika dituliskan seluruhnya. Aku hanya ingin menulis sedikit saja agar kelak aku bisa membacanya kembali lalu merasakan, bahwa yang berlalu, bagaimana pun bentuknya tentu harus menyisakan pemahaman baik yang menumbuhkan dan mendewasakan diri.

Tahun ini, aku membuat beberapa goals seperti di tahun-tahun lalu. Beberapa Alhamdulillah berhasil dan beberapa lagi masih terbengkala. Tidak apa, sebab seapik bagaimana pun rencana manusia, takdir Tuhan masih yang pertama, bukan? 

Dari sekian goals ataupun resolusi tahunan, yang paling menyenangkan adalah challenge membaca. Berhasil menamatkan 50 lebih buku betul-betul sesuatu yang melebihi ekspektasi.

Tahun 2018 semangat menuntut ilmu timbul tenggelam, tapi syukurlah, ada tarbiyah yang selalu menjadi pintu kedatangan bagi banyak kebaikan dan ketenangan dalam hati. Di lingkaran ini aku merasa menemukan versi terbaik diriku, yang selalu menanti pesan murabbiyah mengabarkan jadwal, sebisa mungkin menjadi orang pertama hadir dan menunggu yang lain datang. Di majelis ini aku merasa seperti seseorang yang betul-betul cetek ilmu, meskipun basic pendidikan pesantren, nyatanya masih banyak sekali yang perlu kupelajari atau lebih tepatnya, lebih banyak lagi yang harus remedial sebab selama ini terlupakan karena kurang pengamalan.

Sebenarnya sudah sejak semester awal ikut tarbiyah namun tidak berlangsung lama karena beberapa teman kuliah yang begitu dekat denganku entah mengapa mereka selalu saja ada alasan untuk tidak hadir hingga akhirnya karena merasa tak nyaman sendiri aku pun ikut-ikutan berhenti. Sekarang baru tersadar betul jika teman dekat sangat mempengaruhi dan syukurlah, Tuhan maha baik mengembalikanku dalam lingkaran kebaikan ini.

Hari itu qadarullah, meski sebenarnya ada schedule lain namun akhirnya aku membatalkannya. Agenda penting yang kemudian menggagalkanku untuk bergabung di salah satu organisasi yang pernah begitu kuinginkan. Padahal sudah lolos seleksi awal setelah melewati beberapa tantangan, namun entah bagaimana aku tidak terlalu kecewa sebab Allah menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik, sebuah lingkaran yang sedikit banyak membuatku berubah. Sekarang, saat teman-teman sudah sibuk skripsi aku justru tak begitu antusias menyelesaikan tahap akhir perkuliahan. Mungkin prioritasku tidak terlalu ke sana karena masih ada hal lain yang lebih utama dari sekadar mengejar gelar.

Prinsipku tidak apa pelan asal tetap jalan, seperti sedikit pemakluman untuk pertanyaan kapan wisuda? Karena setiap orang memiliki prosesnya masing-masing, melakukan perjuangannya sendiri-sendiri, dan untukku sudah menjadi value agar tidak usah iri dengan pertumbuhan orang lain yang lebih dulu selesai. 
Yakin saja, selama kita tidak berhenti melangkah pasti akan sampai juga, meski kecepatannya selambat kura-kura. Sebenarnya ini sekadar ingin menghibur diri untuk hal yang tidak mengenakkan hati saat kita harus menerima justifikasi orang sekitar yang entah kenapa terasa begitu sok tahu mencap kita malas, kurang memanfaatkan waktu seolah ia tahu betul detail kegiatan yang kita habiskan 24 jam. Cukup dua malaikat yang tidak alpa mencatat setiap kebaikan dan keburukan apa saja yang kita lakukan, jadi tidak usah menghakimi seseorang begini dan begitu, isi hati manusia who knows? Anggap saja ini bagian dari self love.

Tahun ini aku berusaha konsisten dengan habit berliterasi seperti menulis di blog paling kurang sekali setiap bulan, mencatat hal-hal kecil di buku ataupun memo hp, menumpuk tulisan di draf yang semoga kelak bisa jadi buku, memberanikan diri mengikuti antologi cerpen, lebih rajin mengunjungi perpus, membuat tantangan membaca, menghadiri kegiatan-kegiatan yang akan memantik semangat menulis (ikut meramaiakn MIWF, datang ke acara launching buku atau pun bincang-bincang sastra) hingga mengusahakan membeli buku setiap bulannya. Alhamdulillah.

Banyak momen yang tak mungkin terulang dua kali, seperti yang sudah-sudah, yang akan tinggal sisa ingatan. Sesuatu yang biasa kita panggil kenangan. Maka tuliskan agar kepala bisa berkompromi dengan lupa sebab apa yang hari ini kita tuliskan adalah jejak yang kelak akan menjadi pengingat.

Terakhir, ada satu pertanyaan dari AA di salah satu love letternya: What has been the one thing that Allah has taught you over and over again this year?

I think for 2018, the one lesson that is patient. Sepelik apa pun keadaan, selama kesabaran menjadi teman perjalanan, hati akan menjadi ruang paling lapang untuk menerima seluruh takdir-Nya.

"Sabr is not remaining quiet and letting anger building up inside you. Sabr is to talk about what's bothering you without losing control of your emotions." (Ust. Nouman Ali Khan)

How about you? whatever, it is something that Allah knows is crucial to your self-growth and essential to your journey back to Him.

--Makassar, sebelum tahun berganti

Saturday 15 December 2018

My Year in Books (Membicarakan buku-buku tahun ini)


Banyak hal yang bisa kita peroleh dari membaca buku. Cara belajar yang menyenangkan, jalan mencari hal-hal baru, yang mungkin selama ini diabaikan atau belum disadari keberadaannya, pun sebagai salah satu cara menghibur diri yang tak jarang justru menghasilkan sebuah pemahaman baik yang bisa jadi hanya akan didapatkan setelah menyelami lautan kata, kumpulan pikiran dari tulisan seseorang. Membaca membuat saya belajar dari pengalaman orang lain, mencoba melihat sudut pandangnya atau sekadar merasai bagaimana jika berada di posisinya.



Saya selalu berusaha mengambil pelajaran dari kisah apa pun yang ditawarkan sebuah buku. Bahwa apa pun itu tentu menawarkan sesuatu-makna jika kita ingin lebih membuka pikiran, menyediakan kepala seperti gelas kosong yang butuh diisi. Dengan membaca juga saya belajar menulis. Sebab dari penulis-penulis yang saya baca karyanyalah saya bisa belajar menyerap beragam cara menulis yang semoga kelak akan membuat tulisan saya lebih baik lagi. Saya sepakat bahwa berusaha banyak membaca adalah kunci agar bisa menulis dengan baik. Dan untuk tahun ini, Alhamdulillah... menyenangkan sekali bisa memenuhi tantangan membaca di goodreads, bahkan melebihi ekspektasi.

Sebelum tulisan ini ke mana-mana, saya hanya ingin me-review sedikit perjalanan membaca beberapa buku yang menurut saya bisa menjadi rekomendasi bacaan.

Novel biografi

Untuk pembaca (seperti saya) yang merasa jenis biografi agak membosankan, maka membaca versi novelnya bisa menjadi solusi. Karena sangat menyukai cerita, saya menikmati betul jika kisah hidup seseorang dituliskan dalam bentuk novel. Tahun ini saya membaca novel Maryam, terjemahan dari penulis Turki dan seri Muhammad yang ditulis Tasaro.

Novel Maryam karangan Sibel Eraslan adalah salah satu dari empat serial wanita penghuni surga. Novel ini menceritakan sosok Maryam, perempuan suci yang begitu sabar menerima ujian yang tidak pernah diberikan kepada perempuan mana pun. Bagaimana mungkin sosok sesuci Maryam yang begitu terjaga tiba-tiba mengandung, lalu melahirkan seorang bayi? Ah, membaca buku ini betul-betul menguras emosi sebagai perempuan yang kesabaran dan ketegarannya masih sangat jauh dari ibunda suci yang melahirkan Nabi Isa dengan segala ujiannya. Novel ini membuat saya segera ingin menyelami surah Maryam yang sudah dikisahkan langsung dalam Al-quran. Buku yang sangat recomended untuk perempuan.

Kemudia novel Nabi Muhammad SAW ditulis Abah, (panggilan akrab di grup T(j)inta kami) berkali-kali membuat saya terjeda air mata sebab membaca kisah beliau dengan bahasa dan diksi yang indah ternyata mampu menghadirkan kerinduan begitu rupa. Tasaro menceritakan keadaan Mekah sebelum kelahiran beliau hingga wafatnya dan bagaimana kondisi umat islam dibawa kepemimpinan khalifah-khalifah setelahnya; khulafaurrasyidin. 
Penampakan novel biografi Muhammad bersama penulisnya. (foto diambil setahun lalu; workshop menulis fiksi anti korupsi Sekolah Islam Athirah Makassar)

Membaca biografi Rasulullah Saw saya seperti terlempar jauh ke pusaran waktu, melihat detail fragmen-fragmen kisah beliau bersama para sahabat memperjuangkan islam hingga pada beberapa peperangan yang berhasil diceritakan dengan khidmat membuat dada sesak, betapa keimanan mereka menjadi perisai islam yang begitu kuat. Membaca sejarah beliau akan membuat kita merindukannya. Sosok terbaik sepanjang sejarah, yang teramat mencintai umatnya, yang bahkan di akhir-akhir kesadarannya pun masih memikirkan umatnya. Menulis ini pun mata saya harus berkaca-kaca menahan haru. Semoga kelak kita bisa dikumpulkan bersama beliau di surga-Nya.  

Kumpulan cerpen

Seingat saya hanya ada dua kumpulan cerpen yang sempat saya baca tahun ini. Satu lagi-lagi dari Tasaro, “Tetap Saja Kusebut Dia Cinta” dan “Penjual Bunga Bersyal Merah”, saya tidak mengingat nama penulisnya karena saya pun baru pertama kali membaca karyanya dan bukunya pun hasil pinjaman dari koleksi perpus. Kumpulan cerpen dalam Penjual Bunga Bersyal Merah akan membuat kita mengernyitkan dahi karena ceritanya lebih banyak sureal, hasil imajinasi liar penulis. Saya suka diksi yang dipakai dan cara berceritanya, dan yang lebih menarik lagi karena buku ini berisi sekumpulan kisah perempuan dengan berbagai sudut pandang, ide ceritanya pun termasuk unik menurut saya.


Tetap Saja Dia Kusebut Cinta; Tasaro (full warna)

Buku cerpen kedua; karya Tasaro menjadi salah satu kumcer favorit saya. Bukunya cantik, berwarna seperti rainbowcake dan disisipi lukisan di tiap ceritanya. Saya tidak begitu mengingat tepatnya ada berapa cerpen dalam buku itu tapi saya masih ingat bahwa kisah-kisahnya cukup menarik. Garis besarnya tentang cinta namun ada beberapa juga yang sangat kental menyinggung isu sosial seperti LGBT hingga tak ketinggalan pula kisah sureal yang absurd. Jenis buku yang bisa dibaca saat perjalanan atau di waktu-waktu santai.    

Puisi

Saya menikmati puisi meski tak pernah pandai menulisnya. Lumayan banyak buku puisi yang saya baca 2018 ini. Buku puisi “Buku Tentang Ruang” karya Afianty Armand dan “Tidak ada New York Hari Ini”, Aan Mansyur menjadi terfavorit. Membaca dua buku puisi ini betul-betul menyenangkan. Deep... puisi memang memiliki kekuatan magis yang tidak dimiliki tulisan jenis lain seperti cerpen ataupun prosa.



Seri pengembangan diri

Buku self improvement jenis ini termasuk yang jarang saya miliki namun tahun ini saya betul-betul terpikat setelah membaca karya best seller dari seorang blogger Amerika, Mark Manson “Sebuah Seni Bersikap Bodoh Amat” yang anti mainstream. Jika penasaran coba googling reviewnya karena sudah banyak yang mengulasnya dengan apik. Buku keren ini bisa menjadi penyegar saat pikiran sedang kusut, termasuk sangat recomended. Kemudian ada buku kumpulan tulisan dari anak tumblr “Bertumbuh” yang kemudian mengalirkan begitu banyak energi positif untuk saya sekaligus menjadi sumber inspirasi memperbaharui nama blog ini. Bertumbuh menjadi salah satu buku terbaik yang pernah saya baca.


Novel terjemahan

Akhir tahun saya membaca buku-buku Haruki Murakami hasil dari barter buku dengan seorang teman. Dipinjami enam buku karangan penulis jepang yang pernah masuk nominasi peraih nobel sastra membuat akhir tahun saya seperti ada manis-manisnya. 



Meski belum menuntaskan seluruhnya, setidaknya saya bisa berkomentar sedikit tentang buku-buku Haruki yang sebelumnya sudah saya kenal dari Benzbara melalui review bukunya di blog. Sejauh yang saya baca karya beliau memang layak dicintai pembaca di seluruh dunia. Karakter dalam novelnya betul-betul kuat, susunan katanya pun menyenangkan meski beberapakali terasa monoton bagi saya. Overall, i enjoyed...

Non Fiksi (Catatan Perjalanan)

Ada “Arah langkah” dari Fiersa Besari, “Sewindu” dan “Patah hati di Tanah Suci” Tasaro. Ketiganya sudah saya tulis ulasan singkatnya di bagian review buku.



Bacaan saya 2018 ini lumayan banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya, pun termasuk yang paling berkesan karena bisa melampaui ekspektasi dari tantangan di goodreads. Meski membaca termasuk hobi yang sangat baik, tetap saja harus ada filter agar yang dasarnya baik tidak sampai memberi efek tidak baik. Maksud saya, jangan sampai keasyikan membaca malah membuat urusan-urusan penting lainnya terbengkala. Membaca harus memiliki porsinya sendiri, pun kita harus selektif memilih bacaan yang ingin dikonsumsi pikiran.

Dan terakhir, membaca buku memang aktivitas yang baik untuk merangsang otak, namun jangan lupa, masih ada yang jauh lebih baik dan utama dari membaca buku. Apa itu? Baca kitab panduan hidup, biar selamat. Kalo tidak sanggup one day one juz, minimal yaa, one day one page aja, asal istiqamah, hehe...

Terakhir, saya ingin menutup tulisan ini dengan kata-kata powerful dari Bung Hatta:

“Aku rela dipenjara asalkan bersama buku, karena dengan buku aku bebas.”

Jadi, bagaimana perjalanan membacamu tahun ini?   

Monday 3 December 2018

02.00



Istaiqiznaal an! Istaiqiznaal an!

Pengumuman berbahasa arab barusan menerobos kesadaranku. Lebih cepat sejam dari bunyi alarmku biasanya.
Aku terbangun.
Bernostalgia.
Sayup-sayup suara nasyid terdengar.
~
Pelan, desember akan habis, tahun berganti, semoga yang belum rampung lekas selesai.     
  
Tak perlu ada sesal yang berjejal. Sebab aku percaya, selalu ada sesuatu yang bisa kita pelajari dari hal paling menyakitkan sekali pun. 

Lalu, bagaimana selanjutnya? Entah.

--Sekolah putri Darul Istiqamah, pukul dua dini hari