Tuesday 3 January 2023

2023

Selepas melewati pergantian tahun dengan duduk sendirian sambil berusaha menulis kaleidoskop di satu jam terakhir 2022. 

Banyak hal yang sudah terjadi. Ada tumpukan cerita yang suatu hari perlu dikenang, dibaca kembali seperti mengulang satu buku favorit untuk mencari-cari sesuatu yang selama ini mungkin terlewat. 

Entah kapan, aku bisa membuat arsip tahunan dengan lebih rapi. Pada akhirnya, aku ingin lebih rajin menulis—lebih banyak kenangan. Karena ingatan begitu rapuh. Terlalu mudah tercerabut, terlupakan. Aku tidak ingin menjadi seseorang yang lupa pada masa lalunya. Tidak peduli, sebanyak apa pun luka yang bermukim di sana.


Malam memang waktu yang tepat untuk teringat banyak hal, meski lagi-lagi aku tak sanggup menulisnya satu per satu. Kemampuan menulisku memang payah. "Tidak apa-apa, aku menulis bukan untuk jadi penulis" kataku dalam hati berusaha menyingkirkan rasa bersalah. 

Riuh pikiran beradu dengan ledakan petasan dan kembang api. Langit malam penuh warna. Lalu hujan deras bersama tiupan angin kencang yang membuat gigil akhirnya mendorongku untuk segera meringkuk di kasur, meninggalkan seluruh bising dalam kepala. 


Sudah 2023. Kepalaku masih kosong dari harapan. Aku tidak membuat daftar semoga, menyusun to do list ataupun menulis segala mudah-mudahan yang panjang. Tahun ini masih tanda tanya. Rasanya hanya ingin mengalir, meninggalkan diriku yang dulu terlalu goal oriented dan masih gagal memenuhi semua ekspektasi. 

"Tidak apa-apa, kau masih satu dari miliaran manusia yang tidak harus berhasil dalam segala hal.” aku kembali membujuk diriku. Mencoba lebih mencintai seseorang yang sudah berbaik hati untuk tidak menyerah dan terus bertahan melalui tahun-tahun yang sulit. 

Terima kasih. Tapi kau masih harus berbenah untuk jadi versi paling memuaskan untuk dirimu, untuk Rabbmu.

—Takalar, pukul tiga lewat