Saturday 23 May 2020

Mencintai Palestina lewat cerita (review buku: Sang Murabithah)


Perjuangan yang penuh keberkahan ini adalah jalan indah yang seharusnya kita tempuh. Sebab, pada akhirnya perjalanan kehidupan kita di dunia ini akan berhenti pada sebuah tujuan. Tujuan itu seharusnya adalah syurga-Nya yang abadi. Syurga yang tentu tidak akan kita dapatkan begitu saja, namun ia adalah hasil dari apa yang telah kita kerjakan selama hidup di dunia yang sementara ini. (Halaman 23.)

Buku ini mengajak kita untuk merenung dan menghayati banyak hal; persaudaraan, kemanusiaan, keyakinan hingga ke mana sejatinya; kelak kita akan berpulang. Sebuah buku yang penuh makna, memberi begitu banyak pesan dan pelajaran untuk kita selami lebih dalam. Agar kita lebih peka, lebih sadar lagi sebagai manusia yang harusnya berperan dan berbagi kebermanfaatan.

Keseluruhan ada 18 judul yang akan membawa pembaca mengembara ke berbagai tempat; Istanbul, Yordania hingga kota suci Yerussalem di Palestina. Tidak hanya itu, buku ini pun menyuguhkan pembaca dengan banyak info sejarah, sangat cocok untuk siapa pun yang mungkin masih merasa awam tentang keadaan Palestina dari masa lalu hingga saat ini.

Kisah-kisah yang dituangkan dalam buku lumayan beragam, judul-judul yang dipilih penulis pun menarik. Seperti sederet menu yang yang disajikan kepada pembaca, kita pun bebas memilih ingin menikmati cerita dengan judul yang paling mengena di hati terlebih dahulu.

Dengan bahasanya yang sederhana, penulis berhasil membuat saya sebagai pembaca begitu mudah tersentuh dengan kata-kata yang dituangkan dalam buku ini. Perasaan saya pun campur aduk sepanjang membacanya. Banyak bagian yang refleks menjadikan mata saya berkaca-kaca sedemikian harunya hingga terkadang saya harus berhenti sebentar, mengambil jeda untuk sekadar meloloskan beberapa tetes air mata (memang, saya selalu semelankolis ini saat membaca buku, terlebih jika yang ditulis adalah kisah nyata dan terlebih lagi karena memang penulis adalah orang dekat yang sudah kenal bertahun-tahun).

Ada beberapa bagian favorit saya; Al-Aqsha dan sebuah kerinduan, Matahari Tenggelam di Langit Hebron hingga Tsunami dan Makna Keberkahan. Ohiya, satu hal yang sangat saya sukai dari buku ini: penulis selalu mengawali setiap ceritanya dengan quote, entah dari kata ulama, pepatah arab, potongan ayat atau pun hanya Anonim. Rasanya banyak sekali kalimat yang mesti digarisbawahi, dijadikan pengingat dan juga penyemangat.

Akhir kata, saya ingin menyalin potongan kalimat dari tulisan pembuka dalam buku ini, oleh Kak Yan;

Apa yang Penulis inginkan dalam kumpulan cerita pengalaman ini adalah agar “orang-orang mengambil hikmah dari peristiwa” yang mereka alami atau yang orang lain alami. Pengalaman orang, siapa pun itu, perlu kita ambil hikmahnya sebagai inspirasi melangkah ke depan. Panjang umur perdamaian!

Sebuah buku ini yang cukup menyentak kesadaran, menginspirasi dan memberi energi positif bagi siapa pun yang bersedia membaca dan melibatkan hati nurani. Sangat Recomended.

Tabik!