Friday 18 March 2016

Lima Buku Hujan Terbaik

Ada begitu banyak buku-buku terbaik ataupun terkeren versiku, yang sayangnya tidak bisa kusebutkan satu persatu. Maka untuk tantangan One Day One Post kali ini, setidaknya aku ingin menuliskan lima buku terbaik yang tidak lain adalah koleksi buku-buku kesayanganku. Mungkin karena pengaruh musim hujan, awal tahun 2016 aku malah lebih tertarik membeli buku-buku yang berjudul hujan. Cekidot…

1. Hujan. Ini adalah buku terbaru Tere liye, penulis favoritku sejak kelas 1 MTS (setingkat SMP). Sama halnya dengan 20 lebih buku-buku Tere liye sebelumnya, novel Hujan ini memberikan banyak hal yang rasanya hanya bisa kutemukan lewat buku-buku karya Tere liye. Novel ini memang fiksi dan hanya imajinasi dari sang penulis. Meski demikian, membacanya membuatku seperti terhanyut ke dalam isi buku dan enggan berhenti sampai ke akhir cerita. Betul-betul sebuah novel yang menghipnotis. Aku mulai membacanya dari sore menjelang magrib dan akhirnya selesai sekitar pukul 2 malam. Novel ini berhasil membuatku memikirkan banyak hal dengan pemahaman yang labih luas. Tentang cinta, tentang perpisahan, tentang persahabatan, tentang melupakan, dan tentu saja tentang hujan. Cerita yang “wow keren” banget menurutku. Dengan ending yang mengejutkan,  buku ini recommended untuk para booklovers.
Novel ini penuh dengan quote ala tere liye yang akan membuat pembacanya merenung sejenak, memaknai beberapa pesan yang tersirat dari keseluruhan  isi buku. Dari beberapa quote tersebut, aku paling suka kata-kata penutup di akhir cerita. Bahwa “Bukan seberapa lama umat manusia hidup, tapi seberapa besar kemampuan mereka memeluk erat semua hal menyakitkan yang mereka alami.” Awesome...!!!
   
2. Hujan Matahari. “Bagaimana bila hujan itu berbentuk matahari. Dimana sinarnya seperti tetes-tetes air, tidak lagi hanya memberikan kesejukan tapi juga menerangi. Tidak ada lagi cerita hujan dengan mendung gelap. Tapi hujan dalam suasana yang cerah. Setiap orang menjadi hujan sekaligus matahari bagi orang lain. Datang ke dalam hidup seseorang untuk memberikan pembelajaran. Pergi pun meninggalkan pembelajaran. Selamat hujan-hujanan” Sepenggal dari sinopsisi Hujan Matahari.

Awalnya aku hanya tertarik dengan judulnya yang mengusik rasa ingin tahuku, kemudian meminjam buku ini, membacanya, dan jatuh cinta hingga akhirnya aku merasa harus memilikinya. Buku ini berisi kumpulan prosa dan cerita pendek yang akan merefleksi perasaan, membuat kita merenungi berbagai problematika hati manusia. Bahasanya sederhana tapi berhasil membuatku ketagihan dan terkagum-kagum sama penulis yang ternyata penggemar Tere liye sama sepertiku .

Dari awal membaca buku ini, aku merasa menemukan tulisan-tulisan yang hampir mirip dengan gaya menulisnya tere-liye, tapi dengan versi Kurniawan Gunadi (penulis buku ini) hingga aku berasumsi bahwa sang penulis pastilah salah satu penikmat buku tere liye. Dan betul saja,  akhir tahun 2015 saat mengikuti acara bedah buku “Lautan Langit”(buku ke dua dari sang penulis) aku mendapat kesempatan menanyakan langsung “Siapa penulis favorit masgun (panggilan akrab Kurniawan Gunadi)? Sambil tersenyum Masgun menjawab “Buya Hamka dan Tere liye.”  Finally, Aku pun menjadi salah satu penggemar masgun karena Hujan Matahari betul-betul membuatku jatuh cinta.


3.   Senja Hujan dan Cerita yang Telah Usai. Salah satu buku dari Boy Candra-penulis kesekian yang berhasil membuatku jatuh cinta sama tulisannya. Dari judul dan covernya, buku ini menjadi salah satu buku yang sangat ingin kumiliki hingga rela mengunjungi 3 gramedia demi mencari buku yang ternyata stoknya selalu habis. Syukurlah, 10 februari yang lalu, sahabatku berhasil menemukan buku ini ready stock di salah satu gramed yang sempat membuatku gagal memilikinya. Tanpa pikir panjang lagi, ia membelinya, lalu akhirnya menjadi salah satu koleksiku. Sinopsis buku ini betul-betul mengundang rasa penasaranku, sampai akhirnya aku membacanya, dan kemudian… aku betul-betul jadi beper level banget. Isinya membuatku seolah merasakan langsung apa yang di tuliskan Boy Candra dalam buku ini.

“Buku ini saya persembahkan untuk orang-orang yang pernah dilukai, hingga susah melupakan. Untuk orang-orang yang pernah mencintai, tapi dikhianatii. Juga yang pernah menghkhianati, lalu menyadari semuanya bukanlah hal baik untuk hati. Kepada yang jatuh cinta diam-diam. Suka pada sahabat sendiri, tidak bisa berpaling dari orang yang sama, dan hal-hal yang lebih pahit dari itu. Saya pernah di posisi kamu saat ini. Mari mengenang, tapi jangan lupa jalan pulang. Sebab, setelah tualang panjang ke masa lalu, kamu harus menjadi lebih baik. Dan mulailah menata rindu yang baru. Katakanlah kepada masa lalu: Kita adalah cerita yang telah usai.” Demikian yang ditulis Boy Candra di cover belakang Senja, Hujan dan Cerita yang Telah Usai.
 
4. Hujan Bulan Juni. Versi novel soft cover, dan hardcover untuk kumpulan puisi atau serpihan sajak. Karya fenomenal dari Sapardi Djoko Damono yang membuatku merasa ketagihan membaca karya sastra. Buku kumpulan puisi yang jujur, sampai saat ini aku masih kesulitan mencerna kata-kata puitis Sapardi karena unsur sastra yang sepertinya terlampau sulit untuk kupahami. Meskipun begitu, aku sangat menikmatinya. Bahkan beberapa puisi sempat membuatku tertegun sejenak, terharu hingga mata berkaca-kaca . “Aku ingin mencintaimu dengan sederhana: dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”-ini yang paling aku suka dari puisi Hujan Bulan Juni.


5. Terakhir, Hujan Bulan Juni  novel, membacanya seperti menikmati sebuah cerita yang tidak kalah puitis dengan sebuah puisi. Konflik dalam novel ini sederhana tapi cara berceritanya cukup ribet. Mungkin seperti inilah cara seorang penyair menulis novel. Yang menarik dari novel ini, tak lain adalah beberapa bagian yang menyerupai puisi khas Sapardi. Membacanya betul-betul menagih hingga tak terasa bahwa ternyata, aku berhasil menamatkan buku ini hanya dengan satu kali duduk.

Novel tipis dengan ending yang menggantung ini, sangat cocok dibaca untuk para penggila sastra. Kutipan favoritku di novel ini: “Bahwa kasih sayang beriman pada senyap”-hal 45. Dan juga di halaman 66: “Bagaimana mungkin seseorang memiliki keinginan untuk mengurai kembali benang yang tak terkirakan jumlahnya dalam saputangan yang telah ditenunnya sendiri. Bagaimana mungkin seseorang bisa mendadak terbebaskan dari jaringan benang yang susun-bersusun, silang-menyilang, timpa-menimpa dengan rapi di selembar saputangan yang sudah bertahun-tahun lamanya ditenun dengan sabar oleh jari-jarinya sendiri, oleh kesunyiannya sendiri, oleh ketabahannya sendiri, oleh tarikan dan hembusan napasnya sendiri, oleh rintik waktu dalam benaknya sendiri, oleh lerinduannya sendiri, oleh penghayatannya sendiri tentang hubungan-hubungan pelik antara perempuan dan laki-laki yang tinggal di sebuah ruangan kedap suara yang bernama kasih sayang. Bagaimana mungkin…

Itulah beberapa dari buku terbaik yang pernah aku baca. Semoga bisa jadi referensi bacaan, khususnya buat yang mengaku pecinta hujan seperti aku.

#One Day One Post