Wednesday 2 March 2022

Menulis adalah menjaga kewarasan

Kata-kata yang ditulis bisa jadi untuk menguatkan diri sendiri, menjadi sebentuk perlawanan juga pembelaan harga diri, dan sebuah cara tuk membebaskan segala hal yang sulit dibicarakan.

Sebab terkadang, keterusterangan yang dilontarkan lewat lisan, dengan emosi yang tak terbendung akan menjauhkan seseorang dari kehati-hatian memilih kata, dan seringnya akan keluar kalimat, yang meskipun benar tapi karena penyampaiannya yang kurang santun, maka tidak bisa jika tidak menyakiti siapapun yang mendengarnya.

Kejujuran kadang memang pahit dikatakan, namun menuliskan semuanya dengan penuh kelembutan dan pengertian serta kehati-hatian agar tak salah memilih diksi tentu saja akan membuatnya lebih mudah diterima dan memperkecil kemungkinan timbulnya luka (tentu saja lebih baik dihindari). 

Jadi, meski lebih sulit, kau tetap memilih menuliskan seluruh keresahanmu dan kau akan tetap dalam diammu yang tenang hingga emosi beserta kata-kata kasar cukup dikunci dalam benak. Kau tak ingin melemparkan kata-kata kasar yang keluar bersama amarah tak terkendali sebab itu akan menyakiti pendengarnya—dan kata-kata yang telanjur melukai tidak akan pernah bisa ditarik kembali. 

Karena itu, kau lebih menulis. Sebab di antara kata-kata ada spasi, jeda yang memungkinkanmu berpikir lebih jernih tentang kepantasan setiap kalimat yang kau susun; dibaca seseorang dengan hati lega, alih alih merasa disakiti. Kau dengan mudah menghapusnya jika kau yakin bahwa tulisanmu ada tendensi melukai. Kurang lebih seperti itu.