Monday 6 November 2017

Maafkan

Maafkan, jika kata-kataku pernah melukaimu.
Maafkan, jika sikapku membuatmu tak nyaman.
Maafkan, jika aku menjadi penulis kecewamu.
Maafkan, jika hadirku adalah ke-enggananmu.
Maafkan, jika tawaku adalah kesedihanmu.
Maafkan, jika sapaku pernah mengusikmu.
Maafkan, jika aku bagian dari ketidakbahagiaanmu.

Untuk seluruh kesalahan yang tidak kusengaja atau pun kusengaja, aku meminta maaf. Sungguh, aku tak pernah ingin melukai siapa pun. Menjadi pihak yang disakiti selalu lebih baik untukku. Setidaknya, aku nyaman menikmati luka-dibanding seseorang yang kulukai-lalu tak mampu menyembuhkan dirinya.

Aku hanya takut, sebab hati manusia siapa yang tahu? Aku tak tahu siapa yang tulus dan siapa yang hanya pura-pura. Setiap orang menyimpan kesedihan, juga kekecewaan dengan caranya masing-masing. Dan yang paling menyedihkan adalah ia yang diam, dalam-dalam meresapi perihnya tanpa seseorang pun yang tahu.

Kurasa bukan hanya aku saja yang memilih terlihat baik-baik saja saat keadaan terasa ingin membunuhku.
Membuat hujan pribadi sudah menjadi rutinitas di episode sunyiku-sendiri yang kadang menyesakkan dada.


Bukankah senyuman selalu dianggap sebagai tolak ukur kebahagiaan?


Maka tersenyumlah. Untuk dunia yang penuh sandiwara.

|| Makassar, 06/11/2017