Saturday 17 March 2018

Ujian



“Apakah manusia mengira telah beriman hanya dengan mengatakan; kami beriman,” sementara mereka belum diuji.” (Al ankabut [29]: 69)

Sederhananya: ujian hadir untuk menyeleksi keimanan seseorang. Sebab dalam situasi yang pelik saat berhadapan dengan sebuah ujian manusia selalu mempunyai dua pilihan: berputus asa dan memilih jalan yang hanya akan merugikan dirinya sendiri atau justru memilih berusaha semaksimal kemampuan, berdoa dan tetap bersabar sesulit apa pun ujian yang dihadapi hingga akhirnya ia mampu survive dan ujian itu berlalu sebagai pelajaran berharga yang membuatnya menjadi pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya.

“Berat atau ringan sebuah ujian sebenarnya tidak diukur dari besar kecilnya. Tapi diukur dari perjuangan menghadapinya. Semua ujian itu berat selama tidak dihadapi dan semuanya menjadi ringan apabila dihadapi. Beratnya ujian yang menimpa umat sekarang bukan karena besarnya ujian itu melainkan karenan ringannya iman dan semangat juang mereka.” (Buku Rahasia Nikmatnya Menghafal Al-Quran)

Seringkali kita menganggap sebuah ujian terlalu berat sebab kemauan untuk berjuang terlalu tipis dan keimanan yang ternyata masih rendah. Seseorang dengan kadar keimanan yang lebih tinggi tentu akan memandang ujian dengan bijak; penuh perjuangan, percaya diri, tidak berputus asa, dan tetap bersabar. Baginya sebuah ujian tidak lain adalah sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya.

Saat sebuah ujian membuat harimu terasa berat, penuh air mata dan penderitaan, maka coba cek hatimu. Periksa kondisi keimananmu. Bisa jadi imanmu memang sedang diuji habis-habisan agar kau layak tuk memperoleh predikat sebagai orang yang beriman.

--Makassar pagi ini