Sunday 29 April 2018

Maka; Berdoalah


kadang, senyum adalah sebaik-baik sandiwara; bahwa tidak semua kesedihan bisa ditampakkan dengan tangisan.

"Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu." (QS. 40:60)

Aku penuh harap, tak lelah menyemogakan agar kesedihan ini segera berlalu. Berusaha untuk tidak merutuk takdir yang terasa sangat kejam. Dalam tangis yang kesekian, aku memohon penuh kepada-Mu; Maha menerima segala pintah hamba.“Untukku, pinjamkan aku hati yang paling kuat tuk tetap bertahan, saat kehilangan paling sakit tengah mendekap begitu erat." Berpura-pura terlihat kuat ternyata tidak mudah. Aku tetap saja dengan perasaan paling rapuh, sedang kesedihan enggan beranjak. Menikam dalam. Seolah ia memang pantas menetap paling lama. 

Adakah penawar kesedihan paling mujarab? Katakan padaku, seberapa sanggup manusia memikul sedih yang bertumpuk-tumpuk, yang begitu memberatkan langkah? Tak bisakan dicicil sedikit saja? 

Sebab sepanjang apa pun tulisanku, tetap saja kesedihan itu tak pernah bisa terwakilkan dengan utuh. Maka biarkan doa-doa melebur dalam lautan asa. Menjelma ombak yang akan singgah pada tepian semoga-Nya. Tuhan tidak tuli, Ia mendengar tiap-tiap doa yang terus dilangitkan dengan penuh harap. Tanpa bosan terus saja dipintah oleh seorang hamba. Dan mungkin saja Dia sedang menimang-nimang dengan cara apakah Ia akan mengabulkan permohonan itu.

--Makassar, sedang merawat tiap-tiap semoga yang baik