Monday 16 April 2018

Review Buku: Siluet Sejak Mahakam




"Semanis apapun sebuah kisah, bila berakhir menyakitkan hanya akan meninggalkan jejak kelam. Seperti siluet mungkin. (Halaman. 137)

Novel setebal 200 halaman ini tidak hanya mengangkat tema percintaan tapi juga menyampaikan kegelisahan tentang mirisnya kondisi pendidikan di salah satu daerah pelosok yang membuktikan jika guru bukanlah pekerjaan yang mudah. Bahwa menjadi seorang pendidik betul-betul sebuah tantangan juga risiko yang tidaklah ringan. Ada tanggungjawab berat untuk terus berjuang, mendedikasikan waktu, tenaga dan pikiran serta kesabaran penuh: menghadapi segala macam segala bentuk permasalahan baik antar murid, orang tua siswa ataupun sesama guru.

Cerita berlatar Mahakam ini sangat kental dengan kebudayaan suku Dayak. Sabuah pengetahuan baru untuk saya yang belum tahu tentang beberapa tradisi daerah setempat yang ternyata masih terpelihara hingga kini. Pendeskripsian yang lumayan detail memberi saya gambaran yang jelas sehingga sangat mudah membayangkan langsung bagaimana kehidupan dan suasana di sekitar sungai Mahakam.

"Kalau ada sesesorang menginginkan sesuatu, untuk dimiliki, padahal ia tahu kalau yang diinginkannya itu adalah milik orang lain. Apa itu salah? (Halaman.187) Di bagian ini saya terpekur sejenak, mencoba menjadi seseorang yang disodori pertanyaan atau pihak yang harus memberi jawaban, lantas memikirkan sebuah konklusi sederhana. "Ah... hidup memang rangkaian pilihan rumit penuh dilema. Setiap pilihan tentu akan melahirkan sebuah konsekuensi.

"Betapapun kuatnya kau menyayangi perempuan, tetap saja kau akan dikalahkan oleh dia yang melamar lebih dulu dan keluarganya menyetujui." (Halaman. 128). Deep. Salah satu kalimat yang refleks membuat saya tersenyum; miris. Di sekitar saya pun kata-kata ini adalah fakta yang sudah terjadi berulang kali. Betul, kenyataan memang slalu tak segaris dengan harapan.
--

Tentang cinta, jarak, keluarga dan pilihan-pilihan dilematis yang membuat tanda tanya di akhir kisah. Banyak hikmah dan pemahaman baik yang disuguhkan penulis, membuat buku ini recomended untuk siapa saja yang senang membaca novel. Bahasanya sederhana, ringan dan tentunya sarat makna.

Overall, i enjoyed the story :)