Friday 27 April 2018

Menunggu lelap



Aku selalu menyukai sendiri dan malam sebagai ruang paling nyaman. Antara sunyi sekitar dan riuh isi kepala. Kala detik jarum jam terdengar seperti langkah kaki yang tak pasti hendak ke mana. Menenangkan sekaligus meresahkan.

Ketika "selamat malam" menjadi kalimat yang tak pernah sampai. Huruf-huruf yang memilih pulang sebelum tiba di pintu rumahmu.

Aku tak berhasil menemuimu.

Baiklah, aku akan mencoba terbiasa. Tanpa sapamu. Tanpa keinginan mengusikmu seperti yang lalu-lalu.

Sulit.
Sebab ketidakhadiranmu adalah sunyi yang tak bisa kuusir.

Malam masih panjang, maka kubiarkan kau tertidur dalam kepalaku. Sebagai kenangan atau hanya ingatan yang sedang berjalan menyambut pagi; menuju lupa.

--Makassar, di bawah pendar cahaya lampu, menyaksikan kata-kata berkeliaran. Sesekali mencoba menyusun sajak tentang rindu; lalu gagal