Sunday 25 February 2018

Menahan Amarah


Aku marah tapi memilih baik-baik saja dengan diamku.

Saat kau merasa keadaan membuatmu sangat layak tuk memaki sesuatu atau pun seseorang. Sebab apa yang tengah kau hadapi betul-betul menarik emosi datang, beramai-ramai merampas ketenanganmu dan tentu saja menyesakkan dada.

Hatimu berantakan. Sakit. Dan kau harus berusaha menenangkan pikiran yang sedang memancing dirimu tuk melampiaskannya dengan kata-kata kasar ataupun sumpah serapa.

Hingga kemudian, setitik kesadaran mulai meladeni nurani. Bahwa kau harus segera selesai dengan amarahmu, sesulit apa pun mengalahkan diri yang nyaris kehilangan kendali sebab nafsu keparat.

Badanmu bergetar, kepalamu terasa pening. Mata pun berkaca-kaca sebelum akhirnya ritual menangis berlangsung tanpa suara.

Kata-kata umpatan yang semestinya mengalir dari bibirmu hanya tercekat di kerongkongan hingga akhirnya kau telan dengan paksa.

Situasinya mungkin hampir sama saat kau berusaha berenang melawan arus. Sangat sukar.

Demikian betapa sulitnya menahan amarah hingga dalam hadits dikatakan "Jangan marah, bagimu surga." 

:)

--Makassar, malam. Setelah berdamai dengan emosi