Penulis: Tetta Sally
Penerbit: MIB Indonesia
Jumlah Halaman: 177
“Sebab yang paling menyakitkan dari menunggu ialah rindu.” (Hal.54)
Menjatuhkan hati adalah menerima pilihan yang kadang terasa begitu rumit. Mengacuhkannya, membunuhnya, atau
justru melupakannnya. Namun, tak sedikit pula yang justru rela bertahan dengan menunggu sepaket dengan rindu. Lantas, mampukah
mereduksi rindu, kala menunggu menjadi pilihan satu-satunya? Atau, menunggu
bagaimana yang tak mesti disesaki rindu? Jawabannya; Rasakan saja.
Cukup rasakan, bagaiamana rindu mampu membawa seseorang pada
perasaan-perasaan yang entah, definisi apa yang paling tepat tuk
membahasakannya. Saat kepalamu dipenuhi berbagai praduga, tersesat hanya di
satu nama, berputar hanya pada bagian ingatan yang itu-itu saja, hingga akhirnya
kau terlelap. Memilih menidurkan rindu yang beku sebab temu masih terjebak dalam harapan, tempat menyimpan begitu banyak doa tentang seseorang yang kau sebut alamat, ke mana harus memulangkan rindu.
Tentang bagaimana melawan ketakutan-ketakutan yang merantai
langkah menuju masa depan.
Tentang keyakinan yang tetap bertahan dari ragu ke ragu,
antara memilih memperjuangkan atau malah berakhir sebagai pengecut.
Tentang rindu yang mampu menaklukkan jarak, mengalahkan trauma hingga menciptakan hal-hal mengagumkan yang tak pernah terencana.
“Sesekali meredamlah hakiki kerinduan.
Terjebak pada kebimbangan, bukan pintaku.
Hipotesa hati yang kalut.
Keburaman atas nama cinta.
Pada-Nya, kelak seikat seiya hadir.
Mungkin ini jawaban atas hal mengapa cinta harus berjarak?
Mengapa cinta harus berjarak? Kata seseorang kepadaku, agar rindu
bisa dewasa.