Monday 25 September 2017

Penyesalan Terakhir

Pict source; tumblr
Mungkin suatu hari nanti, aku ingin menjadi percaya bahwa apa yang kita jalani saat ini ialah nyata. Tapi sayangnya, semua itu menguap menjadi kepulan-kepulan kecewa dari sesapan kopi pagiku. 
Pahit. Persis seperti tegukan terakhir kopi yang habis di sela pilu menyeruak tiba-tiba. Rasanya kata maaf takkan mampu menebus kecewamu. Aku kelu dalam ketidaktahuanku harus bagaimana? Aku terperangkap ketakutanku sendiri.
Percaya ialah cara untuk merawat pertemuan yang satu-satu kita jahit dalam kenangan. Dan tetiap kata-kata yang kauberikan kini hanya termuntahkan sia-sia. Lahir menjadi kecewa. 
Aku membisu bersama Harap juga angan yang kini menguap. Kenyataan terlanjur berbuah sesal. Ego adalah tokoh antagonis yang bekerjasama dengan waktu-pelan-pelan mencurimu dariku. Seketika sesak menjalari tubuhku. 
Aku sadar betul, kita sama-sama ingin merentas jalan yang sama; bermuara di lautan kenangan. Namun, itu dulu. Sebelum kering dimakan oleh ego itu. 
Barangkali, satu-dua langkah pergi bisa membuatmu sadar bahwa inginku begitu serius. Bukan bualan yang seenaknya terlontar seperti peluru liar. Tapi, bila suatu waktu kauingin mengingat kembali semua yang telah kita jalani, jangan ragu.   
Kembalilah. Tak apa, kecewa menjadi miniatur kesedihan yang cukup kubuat sekali saja. Sebab, setelah perih yang kurasa aku berjanji; takkan kubiarkan lagi ada jarak yang berperan mencipta jauh. Aku hanya ingin merapikan “kita” yang sempat berantakan oleh ego milikku. 
Aku ingin sekali saja menjadi percaya. Bahwa apa yang kaukatakan bukan sekadar kata-kata yang membentur dinding, memantul, dan kembali ke bibirmu. Tapi untuk sekali ini, bisakah kau menjaga percaya itu? 
Ya. Aku mengaminkan sembari menyusun harap yang sempat terhambur. Tak ada yang paling kuingini selain kau bersedia membangun kembali apa yang sempat hancur di antara kita. Kuharap kau paham bahwa aku memilih memulai kembali, sebuah awal tentang kita-tanpa ada kebohongan lagi. 
Baiklah, bila itu kau bersungguhsungguh, tak ada alasan untuk semakin tenggelam dalam kecewa. Meski butuh waktu, aku akan mencoba. Semoga, suatu waktu nanti, kita benar-benar bisa menjalani lagi dengan bahagia terbit di dada masing-masing.
 
Jakarta - Makassar,
29 Agustus 2017 | #KolaborasiAgustus
Kolaborasi antara @ariqyraihan​ dan @ai-raa​