Friday 11 March 2016

Catatan Untuk 19 Tahun Hidupku


Hidup memang sangat singkat. Tak terasa jika kini usiaku sudah menginjak 19 tahun. Kurang lebih lima bulan lagi akan genap 20 tahun sejak aku mulai menapaki perjalanan panjang di bumi-Nya.

Tulisan ini kudedikasikan untuk setiap nama yang pernah mengenalku, pernah menghabiskan hari-hari bersama ataupun hanya sekedar lewat; sebab aku menyakini bahwa semua pertemuan di dunia ini, sesingkat apapun itu sudah menjadi bagian dari skenario-Nya. Dan setiap orang yang hadir tentu sudah sepaket dengan pelajaran berharga yang mengajarkan kepada kita banyak hal tentang hidup ini.

Pertama, teruntuk orang-orang terdekatku atau mereka yang kukenal dengan kosa kata "keluarga”, tempat paling nyaman untuk pulang dan menghabiskan waktu bersama, menikmati kebahagiaan yang sesungguhnya. Dari keluarga aku mengerti akan definisi bahagia tidak selalu dari hal-hal besar tapi justru terkadang hal kecillah yang akan melahirkan kebahagiaan besar. Karena bahagia memang perkara sederhana. Cukup meluangkan waktu bersama mereka dan rasakan moment berharga yang akan selalu dirindukan saat jauh dari mereka.

Lalu kemudian teringat dengan seorang Laki-laki terkasih yang berperan sebagai ayah bagi kami. Sosok dengan senyum sehangat mentari dan segala hal tentangnya yang kini menjadi sesuatu yang selalu kami rindukan. Tidak terasa, 2016 sudah tahun yang kesekian kalinya, banyak hal berlalu tanpa hadirmu melengkapi beberapa peristiwa penting dalam keluarga. Meski dirimu telah tiada, kenangan tentangmu selalu abadi di hati kami.

Really miss you dad...
Kau yang mengajarkanku bahwa hidup ini memang sebuah bentuk penerimaan. Penerimaan yang indah meski harus melalui kejadian yang paling menyakitkan sekalipun. Dan aku paham betul, bahwa cepat atau lambat orang-orang di sekitarku akan pergi, berganti dengan orang baru, atau justru aku sendiri yang harus pergi.

Setelah ayah ada sosok ibu yang selalu kami panggil dengan sebutan "mama", sesorang yang paling berjasa sekaligus sosok wanita terhebat bagi kami semua. Dia yang sudah mengabdikan hidupnya untuk mendidik kami semua dengan stok sabar yang tak pernah habis. Thanks a lot mom, semua tentangmu tidak akan sanggup kutuliskan lewat kata-kata sebab dirimu lebih bermakna dari apapun. Terimakasih untuk segala cinta dan kasih sayangmu selama ini. Terimakasih untuk segala hal yang tak akan pernah bisa kami balas. Kami selalu mencintaimu, sekarang dan selamanya.

Lalu kemudian untuk kakak-kakakku tercinta. Aku bersyukur memiliki kalian sebagai orang-orang yang selalu ada di sampingku. Mengingatkanku, menasehatiku, dan mendukungku serta menguatkanku saat hidup sedang tidak bersahabat. Terimakakasih untuk segala hal yang tidak cukup hanya kusebutkan dengan kata-kata. Dari kalian aku belajar banyak hal juga mengerti akan arti saudara yang sesungguhnya.

Special thanks for my beloved brother, kak miko yang membuat masa kecilku menjadi tambah menarik untuk selalu kukenang. Teringat jelas, dulu dirimu seolah memerankan tokoh antagonis dalam masa kecilku yang bahagia.

Bagaimana tidak, dulu saat kami (aku dan dua kakak perempuan sebelumku) tengah terbuai di alam mimpi, tertidur nyenyak dalam belaian selimut hangat, dirimu akan datang membangunkan kami dengan suara yang rasanya tidak kalah menakutkan dari gelegar petir saat hujan. Sontak akan memaksa kami bangkit dan berjalan sempoyongan sambil mengumpulkan kesadaran menuju kamar mandi untuk berwudhu dan segara sholat subuh.

Kau yang selalu merusak suasana bermainku dengan tiba-tiba datang bersama ekspresi menakutkanmu, sepaket dengan pertanyaan andalan "sudah sholat belum?" Sebuah pertanyaan yang membuatku seperti terdakwah terkena vonis hukuman mati. Kau yang selalu marah-marah saat aku bermain hujan, sesuatu yang paling aku sukai namun selalu berakhir tangisan karena pukulanmu yang tak mampu kuhindari.

Mengingat semua itu membuatku senyum-senyum sendiri karena kini aku mengerti. Bagaimana jika dahulu kau tak berlaku keras seperti itu yang tidak lain adalah untuk kebaikanku sendiri. Makasih sudah menjadi sosok kejam yang tidak bisa kutemukan dari ibu yang super lembut, dan tak pernah skalipun memarahi anak-anaknya.

Dan terakhir, untuk teman-teman, sahabat, atau pun orang-orang yang mungkin hanya ditakdirkan untuk bertemu sebentar, terimakasih sudah menjadi bagian dari pelajaran hidupku. Bahwa tak seorang pun yang dihadirkan Tuhan hanya untuk membawa kosong yang tak berarti.

Sekali lagi kutulisakan. Bahwa orang-orang yang menyentuh hidup kita selalu saja menawarkan pelajaran berharga. Entah itu berupa sesuatu yang membawa rasa sakit ataupun oleh sesuatu yang membawa tarian kebahagiaan. Maka bersyukurlah pada semesta yang telah menuliskan skenario hidup manusia dengan sangat sempurna.

--One Day One Post