Wednesday 9 March 2016

Suatu Sore yang Melankolis

Aku selalu mencintai hujan seperti halnya mencintai banyak hal yang ditawarkan semesta. Entah itu berupa semilir angin di sore hari, senja-senja yang megah ataupun matahari yang tak pernah alfa menjemput pagi. Untuk setiap kenyamanan yang jatuh bersama tiap tetesnya, maka menulis tentang hujan, aku menolak bosan.
Suatu sore yang melankolis saat aku tengah asik memandang hujan disalah satu sudut kampus. Karena mencintai hujan, maka hadirnya kuanggap sebagai euforia setelah rutinitas kuliah yang melelahkan. Seperti itu yang kurasakan tapi tidak demikian dengan beberapa orang disekitarku. Diantara mereka ada yang hanya terdiam dengan ekspresi tidak begitu senang melihat hujan. Ada juga yang justru sibuk mengoceh, merutuki hujan yang tiba-tiba turun sembari berharap,  hujan segera reda. Hmm… Karena setiap orang bisa melihat hujan yang sama namun tidak dengan perasaan yang sama.
Untuk orang-orang yang tidak suka kehadirannya, kurasa itu wajar saja. Sebab hujan akan menjadi hal yang kurang baik saat ia turun di saat yang tidak tepat-ketika banyak orang yang  segera ingin pulang namun hujan menahan langkah mereka. Seperti apapun situasinya, menurutku itu tergantung bagaimana seseorang mau menyikapi ataupun  semudah apa ia bisa berdamai dengan kehendak alam yang manusia tidak punya kuasa untuk menghentikannya. Kadang manusia memang tidak bisa melihat sesuatu dari sudut pandang yang lebih luas termasuk perihal hujan.
Bagiku, mau pagi, siang ataupun malam aku selalu suka hujan. Entah dalam perjalanan atau hanya berdiam diri dikamar aku tetap saja menyukai dan menikmatinya. Singkatnya, bagaimanpun kondisinya aku selalu senang saat hujan turun meski beberapa kali aku tak luput mengeluhkan kehadirannya. Seperti di suatu malam saat hujan turun, dengan senang hati aku menerobosnya.
Tak peduli dengan tiap tetesnya yang dingin membuat badan menggigil, juga tak menutup kemungkinan bisa menyebabkan flu ataupun demam. Dan terakhir, aku juga tak peduli atau lebih tepatnya aku lupa bahwa tasku yang hanya berbahan kain tak anti air  tentu saja akan basah oleh hujan yang begitu deras. Mungkin iyaa, aku terlalu mencintainya hingga melupakan fakta bahwa hujan sudah membuat salah satu buku dan novel kesayanganku ikut ber basah kuyup bersama tas juga pakaian yang kukenakan. *tears*
Terlepas dari moment yang cukup menyedihkan itu, hujan tetaplah hujan.  Selalu berkesan dan bermakna. Tiap kali mengenang hujan-hujan di masa lalu aku selalu tersenyum, merasa bahagia juga bersyukur atas hujan-hujan yang sudah berlalu dengan banyak hal yang selamanya takkan pernah terlupakan. 
Disini, sebuah kota yang penuh kenangan, aku akan bercerita. Tentang tempat-tempat yang selalu ingin kupijaki bersama beberapa peristiwa, juga kenangan yang menyertainya. Tentang seseorang, dan tentu saja tentang hujan.

#One Day One Post-Minggu ke 2